TEMPO.CO, Jakarta - Stefan dan Barbara Weidle dari Weidle Verlag, penerbit yang berpusat di Bonn dan Berlin, Jerman, mengunjungi sejumlah tempat yang disebut dalam novel Pulang karya penulis Leila S. Chudori. Mereka mendatangi Jakarta, Solo, dan Yogyakarta pada 7-20 April 2015. Setelah mampir di Yogyakarta, mereka menuju Paris, Prancis, negeri yang menjadi latar Pulang.
Di Jakarta, Barbara Weilde dan Stefan mendatangi kuburan Dimas Suryo, tokoh utama dalam novel Pulang, di Karet. Mereka berjalan melewati Museum Nasional, Monumen Nasional, hingga ke Hotel Borobudur dan Museum Pengkhianatan G 30 S-PKI atau Lubang Buaya.
Di Jakarta, Barbara dan Stefan juga bertemu Leila S. Chudori--redaktur senior Tempo. "Leila adalah seorang penulis hebat dan punya jaringan internasional yang kuat," kata Barbara di Hotel Eclipse Yogyakarta, Jumat, 17 April 2015.
Di Ibu Kota, mereka juga bertemu dengan John H. McGlynn, pendiri Yayasan Lontar. John McGlynn banyak membantu mereka mengenalkan kebudayaan Indonesia. Sedangkan, di Solo, mereka bertemu dengan sejumlah penulis yang merupakan kawan dari Leila, di antaranya yaitu Sanie B. Kuncoro.
Mereka singgah ke sejumlah tempat, di antaranya kampung batik Laweyan, Museum Batik Danarhadi, dan Keraton Kasunanan. Mereka juga bertemu dengan dalang kawakan Solo, Bambang.
Barbara mengatakan napak tilas di tempat-tempat yang disebut dalam novel Pulang penting untuk lebih memahami Indonesia. Ketika mengunjungi tempat-tempat itu, mereka mengenal keadaan, suasana, pemandangan, dan bicara dengan banyak orang.
"Kami serius menggarap penerbitan buku ini. Membaca dengan hati-hati hingga mendapatkan terjemahan secara benar," kata Barbara.
Solo menjadi tempat yang memberikan impresi bagi Stefan dan Barbara. Stefan melihat latar belakang kebudayaan Indonesia, satu di antaranya adalah Solo sangat penting dalam proyek penerbitan Pulang dalam bahasa Jerman.
Budaya dalam novel itu punya peranan penting. Di Solo, mereka bertemu dengan banyak orang yang mempertahankan budaya, melihat kebiasaan orang-orang Solo, mendengar bagaimana mereka bicara.
Mereka juga berbincang dengan banyak orang tentang tragedi berdarah 1965. "Mereka punya cerita masing-masing. Misalnya dari kerabat, orang tua, dan kakek dan nenek mereka," kata Stefan.
Mendengar cerita dari banyak orang, kata Stefan, membuatnya mengenal sejarah Indonesia dan bagaimana mereka melanjutkan hidup setelah peristiwa itu. Pengetahuan tentang sejarah Indonesia itu memberikan perspektif yang luas.
Sedangkan, di Yogyakarta, mereka singgah di Candi Prambanan dan Ratu Boko, Museum Sonobudoyo, Taman Sari, dan galeri seni. Weidle Verlag akan mulai mencetak novel Pulang di Jerman setidaknya tiga ribu kopi pada Juli 2015. Ini pertama kali Weidle Verlag menerbitkan novel penulis Indonesia ke dalam bahasa Jerman.
SHINTA MAHARANI