TEMPO.CO, Solo - Upacara pernikahan adat Jawa akan menghias acara resepsi pernikahan Gibran Rakabuming Raka dengan Selvi Ananda pada awal Juni mendatang. Pakaian beskap dan kebaya model klasik dari bahan beludru warna hitam disiapkan untuk acara itu.
Busana untuk resepsi itu disiapkan oleh perajin kebaya asal Solo, Hanif Aisyah Nanjaya. "Busana untuk resepsi ini mengikuti pakem adat Jawa," katanya, Rabu, 15 April 2015. Busana yang sama juga akan dipakai oleh orang tua dan saudara dari kedua mempelai.
Sesuai pakem adat Jawa, kain batik atau jarik yang dikenakan sebagai pakaian bawah tidak bisa sembarangan. Ada sejumlah motif yang harus disiapkan demi melestarikan tradisi yang sudah berlangsung ratusan tahun itu.
"Rangkaian upacara adat itu akan diawali dengan acara siraman," katanya. Prosesi itu menyimbolkan penyucian diri pasangan yang akan melangkah ke babak baru kehidupan. Batik yang digunakan dalam prosesi itu bermotif Wahyu Tumurun, yang memiliki latar utama berupa gambar mahkota.
Pada acara resepsi itu kedua pengantin akan mengenakan jarik dengan motif Sidomulyo. Dalam bahasa Jawa, 'sido' memiliki arti menjadi dan 'mulyo' memiliki arti mulia. Penggunaan motif itu menjadi sebuah pengharapan agar pasangan pengantin itu bisa hidup mulia.
Sebelumnya, saat akad nikah, kedua pengantin juga akan mengenakan kain jarik sejenis. Batik yang didominasi warna cokelat itu sering disebut dengan motif Sidomukti. Batik ini memiliki latar corak berbentuk ukel dan biasanya memiliki motif kupu-kupu.
"Sedangkan kedua orang tua menggunakan kain jarik motif truntum," kata Hanif. Batik yang menggambarkan benda langit di malam hari itu menyimbolkan bahwa orang tua harus menjadi penuntun bagi putra dan putrinya. Menurut Hanif, batik dengan motif tersebut digunakan baik dalam acara akad nikah maupun resepsi.
AHMAD RAFIQ