Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengenang Rama Sas di Jogedan Selasa Legen

image-gnews
Pementasan Tari Golek Montro, tari klasik dari Istana Mangkunegaran di Taman Budaya Surakarta, Jawa Tengah, 1991. dok.TEMPO/ Kastoyo Ramelan
Pementasan Tari Golek Montro, tari klasik dari Istana Mangkunegaran di Taman Budaya Surakarta, Jawa Tengah, 1991. dok.TEMPO/ Kastoyo Ramelan
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Yayasan Pamulangan Beksa Sasminta Mardawa, Yogyakarta, kembali menggelar pentas tari atau jogedan “Selasa Legen Tingalan Rama Sas”  pada Selasa,  7 April 2015 malam. Kegiatan yang memasuki usia  dua tahun ini diadakan setiap Selasa pasaran Legi atau bertepatan dengan hari ulang tahun maestro seni tari klasik gaya Yogyakarta, almarhum Kanjeng Raden Tumenggung Sasminta Mardawa Dipura atau akrab disapa Rama Sas.

“Ini ajang kumpul murid-murid Rama Sas di Ndalem Pudjakusuma, Yogyakarta,” kata Direktur Eksekutif Yayasan Padepokan Seni Bagong Kussudiardja, Jeannie Park, saat ditemui Tempo di padepokan. Jeannie adalah salah satu murid Rama Sas, meski cuma sebentar. 

Pada peringatan dua tahun “Selasa Legen Tingalan Rama Sas” itu, Jeannie ikut membawakan salah satu tarian karya Rama Sas, Beksan Retno Adaninggar, yang diambil dari cerita Golek Menak yang selama ini jarang dipertunjukkan. Total ada lima tari yang ditampilkan dengan kostum lengkap. Tari-tarian itu adalah tarian yang jarang ditampilkan.

Jeanny bercerita, dia bertemu Rama Sas saat sang maestro  menjadi dosen tamu di University of California, Los Angeles, Amerika Serikat, pada 1979. Perempuan berdarah Korea yang lahir di Amerika Serikat itu, masih duduk di bangku sekolah dasar saat   menemani ibunya yang mengikuti perkuliahan tersebut.

Tiba-tiba dia melihat sosok laki-laki tinggi besar dengan mengenakan dandanan busana Jawa. Laki-laki tersebut yang tak lain adalah Rama Sas menyita perhatian mahasiswa di sana. “Saya cuma bisa ikut bilang wooow, karena terpana,” ujar Jeannie yang fasih berbahasa Indonesia dan Jawa itu. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pertemuan pertama yang melekat dalam ingatannya itu memacu semangat Jeannie untuk bertemu dengan Rama Sas. Saat kuliah University of California Education Abroad Program pada Juni-Oktober 1991, keinginannya terkabul. Jeannie sempat ke Yogyakarta untuk belajar tari dengan Rama Sas selama empat bulan. 

Namun saat kembali ke Yogyakarta  pada 1996 untuk menetap dalam waktu yang lebih lama, dia mendengar kabar kalau Rama Sas telah meninggal. “Sedih. Tapi bagi saya, guru tari saya adalah guru-guru tak sak Jogja,” kata Jeannie, baik guru formasl di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta maupun di Keraton Yogyakarta. 

Ketua Yayasan Pamulangan Beksa Sasminta Mardawa, Siti Sutiyah, menjelaskan, pertemuan Selasa Legen itu tidak sekadar pementasan tari. Melainkan pertemuan komunitas penari klasik yang pernah menjadi murid Rama Sas.“Mulai dari murid-muridnya langsung yang sekarang sudah menjadi guru, hingga generasi yang sekarang,” ujar Siti.

PITO AGUSTIN RUDIANA 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


500 Seniman Ramaikan Nuit Blanche di Taiwan

6 Oktober 2018

Direktur Seni Nuit Blanche, Sean C.S Hu menyampaikan program Nuit Blanche ketiga di kota Taipei, Taiwan, 4 Oktober 2018.  Martha Warta Silaban/TEMPO
500 Seniman Ramaikan Nuit Blanche di Taiwan

Berbagai pertunjukan seni seperti musik juga akan ditampilkan di Nuit Blanche Taiwan, termasuk dari para tenaga kerja Indonesia.


Komikus Si Juki: Apa pun Bisa Jadi Meme

4 November 2017

Meme Setye Novanto. twitter.com
Komikus Si Juki: Apa pun Bisa Jadi Meme

Apapun saat ini bisa dijadikan meme. Perbincangan meme kembali hangat setelah penangkapan seorang pembuat meme tentang Ketua DPR Setya Novanto


Karya Teguh Ostenrik Akan Hiasi Kalijodo

9 Agustus 2017

Seniman Teguh Ostenrik tengah mempersiapkan karyanya yang akan dipajang di Kalijodo. Foto: Gino Hadi Franky
Karya Teguh Ostenrik Akan Hiasi Kalijodo

Karya instalasi ini masih dalam proses pembuatan. Karya ini
rencananya dipasang akhir September mendatang.


Di Indonesia Seni Video Belum Diserap Pasar Kelas High End

31 Juli 2017

Ilustrasi wanita membuat video. shutterstock.com
Di Indonesia Seni Video Belum Diserap Pasar Kelas High End

Seni video yang dinilai memiliki perkembangan cukup bagus di Indonesia diharapkan segera mempunyai pasar.


Kisah Putu Sunarta, Seniman Ukir Pembuat Gitar Divart dari Bali

18 Juli 2017

I Putu Sunarta dan dua gitar Divart karyanya jenis akustik dan elektrik. Lokasi di rumahnya, Banjar Dukuh, Desa Penebel, Tabanan, Bali, Selasa, 11 Juli 2017/BRAM SETIAWAN
Kisah Putu Sunarta, Seniman Ukir Pembuat Gitar Divart dari Bali

Lama menekuni seni ukir, I Putu Sunarta kini dikenal sebagai
pembuat gitar bermerek Divart di Bali.


Buku Biografi Pelukis Arie Smit Terbit, Ini Resensinya  

12 Februari 2017

Buku - Arie Smit, Maestro Pemburu Cahaya.  Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Buku Biografi Pelukis Arie Smit Terbit, Ini Resensinya  

Buku biografi pelukis Arie Smit yang ditulis Agus Dermawan T.
terbit.


Otentisitas Sketsa Van Gogh yang Baru Ditemukan, Diragukan

16 November 2016

Direktur Museum Van Gogh, Axel Rueger (kiri), berpose di samping lukisan
Otentisitas Sketsa Van Gogh yang Baru Ditemukan, Diragukan

Buku Sketsa The Lost Arles yang baru dirilis internasional disebut memuat 56 sketsa karya maestro lukis Vincent Van Gogh.


Gatot Indrajati Sabet UOB Painting of the Year 2016

25 Oktober 2016

Seniman asal Jogja, Gatot Indrajati. idchinaart.org
Gatot Indrajati Sabet UOB Painting of the Year 2016

Seniman asal Yogyakarta Gatot Indrajati mendapat penghargaan UOB Painting of the Year 2016.


Berusia 39 Tahun, Teater Koma Berharap Tetap Koma

25 Februari 2016

Ratna Riantiarno memotong tumpeng usai menggelar persiapan pementasan lakon
Berusia 39 Tahun, Teater Koma Berharap Tetap Koma

Punya pemain dan penonton setia. Tetap harus berjuang menjadi
teater yang disukai masyarakat.


Jakarta 'Cekik' Tugu Pancoran, Edhi Sunarso Meratap Kecewa  

5 Januari 2016

TEMPO/Tony Hartawan
Jakarta 'Cekik' Tugu Pancoran, Edhi Sunarso Meratap Kecewa  

Nahas menerpa Monumen Dirgantara di Pancoran. Monumen itu dibangun Edhi Sunarso pada 1970, pada saat kekuasaan Soekarno sudah lemah.