TEMPO.CO, Tokyo - Hidup sebagai orang yang multirasial dan tampak berbeda di negara yang homogenik, seperti Jepang atau Cina, tidaklah mudah. Hal inilah yang dirasakan Miss Jepang 2015, Ariana Miyamoto.
Sejak kecil perempuan 20 tahun berdarah campuran Amerika, Afrika, dan Jepang itu sudah akrab dengan ejekan dan perlakuan diskriminasi rasial. "Teman sekolah saya dulu bahkan tak mau menyentuh saya," ujar gadis berkulit gelap itu, seperti dilansir Japan Today, Ahad, 5 April 2015.
Bahkan, di tempat umum Miyamoto sering diperlakukan seperti orang asing. Pegawai restoran kerap memberinya menu makanan berbahasa Inggris, padahal dia sangat fasih dengan huruf kanji dan kana Jepang.
Miyamoto adalah segelintir nama yang berhasil menuai sukses di Jepang sebagai orang multirasial. Seorang sahabatnya, yang juga multirasial, tak kuat menahan ejekan dan memutuskan bunuh diri. Karena itu, Miyamoto bertekad berbuat sesuatu terhadap pola pikir masyarakat Jepang tersebut.
"Dia selalu merasa tak diterima di sini. Hal itu juga yang membuat dia menolak eksistensi dirinya sendiri," ujar Miyamoto, yang akan mengikuti ajang Miss Universe 2015 nanti.
Meskipun begitu, Miyamoto tetap optimistis jika pandangan masyarakat Jepang terhadap orang multirasial akan berubah. Angka pernikahan multirasial di sana sudah jauh meningkat dibanding angka pada 1980.
"Jepang sedang mengubah dirinya," ujar Miyamoto. "Kelak saya yakin siapa pun yang menguasai bahasa dan budaya Jepang akan diterima di sini."
JAPAN TODAY | ANDI RUSLI