TEMPO.CO, Jakarta - Penyanyi keroncong Sundari Soekotjo mengakui kini tak lagi idealis untuk tetap melestarikan keroncong. Demi keroncong tetap dikenal, Sundari akhirnya mau berkolaborasi dengan penyanyi dan pemusik dari genre lain.
"Saya sadar saya harus membuka diri, ketika penyanyi lain mau belajar keroncong mengapa tidak kita ajak kolaborasi," ujar Sundari saat konferensi pers Keroncong Week: Kerontjong Djoeara Noesantara di Galeri Indonesia Kaya, 1 April 2015.
Sundari mengaku dulu sangat idealis dalam melestarikan musik keroncong. Ketika belajar musik keroncong, harus sesuai dengan teknik dan dinyanyikan dengan benar. "Ternyata tak bisa begitu agar bisa diterima generasi muda," ujarnya.
Dia mulai membuka diri tak lain karena masukan dari putrinya, Intan Soekotjo. Dari Intan, dia mau memberikan kesempatan bagi penyanyi atau pemusik genre lain untuk bisa berkolaborasi. Intan mulai mempelajari keroncong dan menyanyikan dengan caranya, pop keroncong.
Hingga akhirnya datang kesempatan untuk berkolaborasi dalam Keroncong Week yang akan menggandeng penyanyi genre lain seperti penyanyi pop, jazz, rock dan dangdut. Dia mengatakan hal ini adalah langkah yang cukup berani tapi sah-sah saja untuk mengenalkan musik keroncong.
Pagelaran ini akan menampilkan deretan penyanyi Yana Yulio, Winda Viska, Iman J. Rock, Candil, Dira Sugandi, Rieka Roeslan, Dewi Gita, Ikke Nurjanah, Indra Aziz, dan Angel Pieters."Beri kebebasan mereka menyanyi keroncong versi mereka, mau dikeroncongin sedikit juga nggak apa-apa," ujarnya.
Sundari dengan yayasan yang dibentuknya, Yayasan Keroncong Indonesia, cukup senang ketika keroncong masih diapresiasi. Yayasan ini membuat peluang insan keroncong dan generasi muda belajar keroncong. Menurutnya keroncong perlu mendapat ruang di berbagai tempat. Tak cuma ramai di festival atau seminar. Tapi juga panggung-panggung yang menggelar musik keroncong untuk mengapresiasi sekaligus melestarikan musik ini .DIAN YULIASTUTI