TEMPO.CO, Bengkulu - Koordinator Komunitas Film Indie Bengkulu Sofian Ramadhan menggalang gerakan cinta film nasional melalui Layar Indie Bengkulu. Gerakan itu merupakan salah satu cara memasyarakatkan produksi negeri sendiri.
"Salah satu bentuk dukungan insan perfilman di Bengkulu dengan menggelar Layar Indie secara gratis untuk masyarakat setiap bulannya," kata Sofian, Senin, 30 Maret 2014.
Selain memberikan wadah bagi insan perfilman di Bengkulu, kegiatan ini juga bertujuan lebih memasyarakatkan hasil karya anak bangsa. Sebab, kata Sofian, selama ini film-film Indonesia ditinggalkan masyarakatnya sendiri.
Sofian menambahkan, perlu adanya gerakan masif untuk mendapatkan kembali cinta masyarakat, di samping perlu dilakukannya peningkatan kualitas produksi film anak negeri. Saat ini, kata Sofian, ada 20 rumah produksi yang aktif memproduksi film indie di Bengkulu.
Komunitas Film indie Bengkulu merayakan Peringatan Hari Film Nasional pada 2015 dengan menggelar Layar Indie Bengkulu pada pekan kedua April. Pemutaran sejumlah film indie produksi insan perfilman Bengkulu itu digelar di kompleks menara pemantau yang merupakan ruang publik Kota Bengkulu. Acara itu diharapkan dapat memicu semangat dan kreativitas produsen film lokal.
"Kami juga mengajak masyarakat mencintai film Indonesia dengan menonton film Indonesia dan hentikan pembajakan film Indonesia," ucap Sofian.
Untuk memperingati Hari Film Nasional tersebut, bioskop di seluruh Indonesia merayakannya dengan menggelar promo buy 1 get 1 alias membeli satu tiket dapat gratis satu tiket untuk menonton film nasional.
Sejumlah film Indonesia diputar kembali untuk mewarnai perayaan tahunan ini. Antara lain 7 Hari 24 Jam, Arisan! 2, Bajaj Bajuri The Movie, Belenggu, Garuda di Dadaku, Dibalik 98, 3 Nafas Likas, Hijab, Manusia Setengah Salmon, Kapan Kawin?, Langit Biru, Laskar Pelangi, Selamat Pagi Malam, Quicky Express, Modus Anomali, Sang Penari, Soekarno, Pintu Terlarang, dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk.
PHESI ESTER JULIKAWATI