TEMPO.CO, Jakarta - Chris Botti yang tampil dalam Java Jazz Indonesia hari kedua, Sabtu, 7 Maret 2015 ternyata tak pelit untuk berbagi panggung dengan para anggota band-nya. Beberapa kali ia mundur dari lampu sorot dan mempersilakan pemain band lainnya menampilkan permainan solo masing-masing.
Di bagian akhir penampilannya, Botti bahkan memberikan kesempatan cukup panjang bagi Lee Pearson, drummer yang mendampinginya, untuk bermain sendirian. Kesempatan ini tak disia-siakan drummer berkacamata ini untuk "menggila".
Awalnya, ia menabuh drum dengan tempo cepat, tetapi masih dengan cara konvensional, dengan dua stik di masing-masing tangan. Namun, selanjutnya ia mulai "berulah".
Pertama, Pearson bermain dengan satu stik di tangan,dan tangan lain menggenggam marakas. Kadang marakas dipukulkan pada drum, tak jarang pula ia menabuhnya dengan tangan layaknya memainkan gendang. Malah beberapa kali Pearson menyelipkan tepukan tangan di antara pukulan pada drum.
Semua ini dilakukan dengan mempermainkan mood dan tempo dalam menggebuk drum. Seperti berakrobat, Pearson memainkan ritme dari cepat ke lambat, juga melakukan kombinasi ketukan halus di atas drum hingga gebukan bertenaga.
Tingkahnya belum berakhir. Si penggebuk drum ini kemudian menyilangkan tangan di belakang punggungnya sehingga tangan kanan menggebuk drum di sebelah kiri dan sebaliknya.
Sejurus kemudian Pearson menarik sebuah handuk putih untuk mengelap keringatnya. Namun ternyata, setelah itu Pearson menutup seluruh wajahnya dengan handuk tersebut. Meski tak melihat, ia mempertahankan permainan apiknya. Tak ayal, penonton tertawa dan bertepuk tangan riuh melihat aksinya.
Di akhir pertunjukan solo ini, mayoritas penonton berdiri dari kursinya dan memberikan tepuk tangan panjang untuk Pearson.
RATNANING ASIH