TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat musik Bens Leo memuji penyelenggaraan Java Jazz Festival 2015. Memasuki tahun ke sebelas penyelenggaraannya, JJF dianggap mampu memadukan musik jazz dan pop untuk menarik pengunjung.
Walaupun tak murni sebagai festival jazz, dia juga tak mempermasalahkannya. Sebab, sejak pertama kali digelar, festival ini memang disusun untuk memadukan berbagai jenis aliran musik.
Bens juga mengapresiasi penampilan beberapa musikus yang tetap bertanggung jawab terhadap konsep acara. Kahitna, misalnya, Yovie Widianto sebagai pentolan, kata Bens, mengakui bahwa sempat memilih genre jazz, tapi kurang diminati. "Dia tadi memberi contoh main jazz. Setidaknya itu membuktikan bahwa dia pilih pop bukan karena dia tak bisa main jazz," kata Bens, kala ditemui di area Jakarta International Expo, Kemayoran, Minggu, 8 Maret 2015.
Bens mengatakan keunggulan lain dari festival ini adalah diberikannya kesempatan bagi musikus jazz muda untuk berkarya. Menurut dia, Indonesia tak perlu khawatir tentang regenarasi musikus jazz karena talenta yang dimiliki oleh anak muda Indonesia cukup banyak. Hal itu juga didukung dengan banyaknya sekolah musik di dalam negeri.
Selain mampu memadukan pop dan jazz, Bens menilai bahwa JJF merupakan momen yang tepat bagi musikus dalam negeri dan asing untuk berkolaborasi.
Secara umum dia menilai bahwa musik jazz sebenarnya sudah diterima secara luas oleh masyarakat Indonesia."Indikatornya banyak, misalnya di Indonesia ada 60 titik penyelenggaraan musik jazz."
Festival musik bertaraf internasional, Java Jazz Festival 2015, berlangsung di Jakarta International Expo (JIExpo), Kemayoran, Jakarta, pada 6-8 Maret 2015. Tahun ini JJF mengangkat tema "Exploring Indonesia" dan memilih barong Bali sebagai konsep utama.
FAIZ NASHRILLAH