TEMPO.CO, Jakarta - Para anggota TNI Kodim 0733 BS Semarang menyaksikan film Senyap di sela-sela pengarahan dan evaluasi kewilayahan. Berseragam militer mereka menonton sambil duduk bersila dalam barisan rapi di sebuah ruangan berpilar cukup luas. Terdapat dua papan tulis putih di dinding depan.
Ruangan itu bercat putih, foto Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla serta lambang negara Garuda Pancasila tergantung di dinding. Di bawah foto itu terdapat sebuah motto: Berani, Setia, dan Merakyat berwarna oranye dengan latar warna merah. Di sebelah kiri terdapat layar berukuran sedang. Saat flim mulai diputar, proyektor menyemprotkan tulisan: Film Senyap (The Look of Silence) Selamat Menyaksikan.
Susana itu bisa dilihat dalam foto-foto yang diunggah di laman Kodam4.mil.id. Di antaranya foto menggambarkan anggota TNI sedang menerima pengarahan dari seseorang. Namun, foto-foto yang semula diunggah di situs http://kodam4.mil.id/?p=4642 dan akun Facebook lembaga ini, kini tak bisa diakses lagi.
Foto-foto tersebut itu masih bisa ditelusuri jejaknya di http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:http://kodam4.mil.id/?p=4642. Foto tersebut diunggah pada 3 Maret 2015 pada jam 8.08 pagi. Sedangkan acaranya sendiri berlangsung pada 26 Februari 2015. Disebutkan dalam kanal berita situs itu seluruh anggota Kodim 0733 BS Semarang nonton bareng film Senyap di aula Makodim 0733 BS Semarang, dipimpin langsung Dandim 0733 BS Letnan Kolonel Infanteri M. Taufiq Zega.
Ditulis pula tujuan dan maksud pemutaran film tersebut. Yakni untuk meluruskan apa yang terjadi di balik pembuatan dan maksud film tersebut, supaya tidak terjadi salah paham dan mempunyai argumentasi yang berbeda tentang maksud film tersebut. Sekaligus untuk mencari fakta yang terjadi pada 1965. Karena peristiwa ini menimbulkan kontroversi. Seperti yang terjadi di beberapa kota dan dinilai bisa mempengaruhi generasi muda.
“Yang dievaluasi termasuk tren pro-kontra adanya film Senyap. Tapi tidak spesifik hanya film Senyap,” kata Letnan Kolonel Elpis Rudi, Kepala Penerangan Kodam IV/Diponegoro, kepada Tempo di Semarang, Jumat, 6 Maret 2015.
Dengan pemutaran film ini menjadi referensi staf intelijen, Bintara Pembina Desa (Babinsa) untuk meluruskan dan memberi penjelasan terhadap masyarakat. Menurut situs itu pemutaran film yang pada 26 Februari lalu dihadiri oleh para Komandan Rayon Militer (Danramil), para perwira seksi.
Film ini sempat menjadi kontroversi di beberapa tempat seperti di Yogyakarta, Malang. Di Yogyakarta, empat lokasi pemutaran digeruduk massa. Polisi setempat meminta panitia membatalkan pemutaran karena ada ancaman dari massa dan tidak ada jaminan keamanan.
DIAN YULIASTUTI