Amor Fati, kata dia, sejatinya ia kutip dari tulisan pengantar Sindhunata dalam buku Gaya Filsafat Nietzsche. Kata itu bermakna ikhlas menanggung nasib adalah luhur. Namun lebih luhur jika menanggung sekaligus mencintainya.
Lantas apa makna cinta bagi Laksmi? Lewat dua karya yang berjudul sama, Sprit of My Life, ia berbicara tentang cinta. Meski judulnya sama, dua karya itu dibuat pada tahun yang berbeda. Satu berupa lukisan yang dibuat pada 2015 dan satu lagi berupa patung yang dibuat pada 2013-2014. Ia menggunakan obyek utama yang sama: kambing jantan. Lewat kambing, ia ingin menggambarkan tekad kuatnya dalam meraih tiga cinta: kepada anak, suami, dan seni.
Cinta juga muncul dalam karya perupa Franziska berupa lukisan berjudul Cinta Ibu Anak, Discussion in The Dawn, dan Cinta Alam. Adapun Anggar melalui dua karya berjudul Love dan Widyatmoko hadir dengan berbagai seri Sally Can Wait.
Menurut Laksmi, tema pameran ini muncul secara spontan. Pengelola Bentara memberi jadwal untuk ruang pamer pada 14 Februari yang bertepatan dengan hari kasih sayang. Melalui karya, para perupa pun merespons tema cinta.
Penulis dalam pameran ini, Argus F.S., mencatat, dalam situasi perang, kriminalitas, dan persaingan politik ekonomi saat ini, kehadiran seni rupa sebagai the messenger selalu dibutuhkan untuk menghidupkan peradaban yang lebih baik.
ANANG ZAKARIA