TEMPO.CO, Jakarta- Musisi pentolan band DEWA 19, Dhani Ahmad Prasetyo, turut mengomentari ihwal beleid penghapusan layanan penerbangan murah pasca insiden AirAsia QZ 8501. Menurut Dhani tak ada hubungan antara kecelakaan tersebut dengan penerbangan murah.
"Di Amerika, Airbus jatuh tapi menterinya tidak sok tahu lalu obrak-abrik sistem harga (tiket) pesawat," kata Dhani Ahmad melalui akun resminya, @AHMADDHANIPRAST, Sabtu 10 Januari 2015. "Takhayul membodohi bangsa." (Baca:Jokowi: Izin Penerbangan Bertahun-tahun Dibiarkan)
Dalam 20 tahun terakhir, kecelakaan pesawat terburuk di AS adalah kecelakaan Airbus A300 milik maskapai American Airlines di dekat New York City pada 12 November 2001. Pesawat, dalam penerbangan ke Republik Dominika, jatuh setelah lepas landas dari bandara John F. Kennedy, menewaskan semua 260 orang di dalamnya dan lima orang di darat.
Penghapusan penerbangan murah, kata Dhani Ahmad, (justeru) menyengsarakan rakyat. "Kebijakan) ini perlu diadili di DPR," kata Dhani.
Sebelumnyam, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan meneken peraturan yang mematok tarif batas bawah layanan penerbangan minimal 40 persen dari batas atas. Aturan yang mulai diterapkan paling lambat 30 Juni 2015 itu dinilai sama dengan menghapus bisnis penerbangan murah atau low cost carrier (LCC). (Baca: Jonan: Pencarian Black Box Air Asia Bukan Utama)
Jonan beralasan, aturan ini bisa mengembalikan kewajaran harga tiket, yang selama ini ditekan karena persaingan antarmaskapai. Menurut Jonan, pertimbangan tarif dan pemakaian slot penerbangan tidak mempertimbangkan unsur keselamatan karena maskapai fokus bersaing menarik penumpang. "Kewajaran harga tiket diharapkan bisa mempertahankan unsur keselamatan," kata Jonan.
MUHAMMAD MUHYIDDIN
Baca berita lainnya:
Jokowi Sodorkan Budi Gunawan: Ini Mimpi Buruk
Budi Gunawan Calon Tunggal Kapolri: Ada 2 Rahasia
Jokowi Tunjuk Budi Gunawan Sebagai Calon Kapolri
Teroris di Paris, Kakak Beradik Ditembak Mati
Teror di Paris, Ini Cerita Warga Indonesia