TEMPO.CO, Yogyakarta - Musikus jalanan Sujud Sutrisno atau Sujud Kendang tampil membuka Ngayogjazz 2014 berjudul "Tung Tak Tung Jazz" di Desa Wisata Brayut, Pendowoharjo, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu, 22 November 2014.
Pengamen legendaris yang khas dengan blangkon itu memainkan kendang dan membawakan sejumlah judul lagu di Panggung Bang Bung. Lagu itu di antaranya berjudul Satu Tambah Satu. Penonton Ngayogjazz seketika tertawa mendengar lirik lagu yang Sujud nyanyikan. (Baca juga: Warga Brayut Ketagihan Jazz karena Ngayogjazz)
Penggagas Ngayogjazz, Djaduk Ferianto, mengatakan Sujud Kendang dipilih untuk membuka pergelaran sebagai bentuk apresiasi terhadap seniman yang setia dan tak kenal lelah memainkan musik. "Tubuhnya yang renta tak menghalanginya," kata Djaduk di Desa Wisata Brayut. (Baca juga: Beda Ngayogjazz dengan Java Jazz)
Kua Etnika, kelompok musik yang dipimpin Djaduk, pernah memberi penghargaan kepada Sujud dengan menjulukinya sebagai "Pengamen Agung" Indonesia. Sujud mengamen sejak 1964 dengan berbekal kendang. Di kampung-kampung Yogyakarta, Sujud sangat populer. Ia punya jadwal mendatangi langganannya dan tak pernah memasang tarif. (Baca juga: Syaharani dan Dewa Budjana Ramaikan Ngayogjazz)
Selain Sujud, grup musik internasional Grove'nroll juga tampil membawakan setidaknya lima lagu. Musik mereka kental dengan instrumen perkusi. Satu dari anggota grup musik itu yang berasal dari Texas, Amerika Serikat, Daood, menyapa penonton. "Halo Yogyakarta. Piye kabare?" katanya. (Baca juga: Di Pentas Jazz Ini, Ada Penonton Pakai Sarung )
Judul Ngayogjazz tahun ini, "Tung Tak Tung Jazz", berarti bebunyian yang dilisankan yang menggambarkan kegembiraan. Tung Tak Tung Jazz merupakan rangkaian bebunyian dari alat musik tradisional, satu di antaranya gendang. Alat musik ini biasanya diperdengarkan sebagai intro untuk mengawali sebuah acara. (Baca juga: Dosen UIN: Ngayogjazz Seperti Pengajian Egaliter)
Panggung Ngayogjazz pertama digelar 2007. Inilah panggung jazz terbesar di Tanah Air setelah Java Jazz. Bedanya, Java Jazz digelar di tempat mewah dengan tiket mahal. Ngayogjazz setiap tahun digelar di tempat yang menyatu dengan permukiman penduduk.
SHINTA MAHARANI
Berita lain:
Survei: Kepuasan Masyarakat terhadap Jokowi Merosot
Di Singapura, Kaesang Ingin Makanan Seenak Miyabi
Soal Interpelasi BBM, Begini Sikap SBY