TEMPO.CO, Jakarta -Setelah sukses mementaskan lakon "Arjuna Tinandhing", kelompok Budayaku, grup Wayang Orang Sriwedari Solo, kembali mementaskan sebuah lakon berjudul "Petruk Dadi Guru". Pentas wayang orang ini digelar atas prakarsa BudayaKu dan Taman Ismail Marzuki pada 29 November 2014 di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Lakon pentas ini sejatinya diambil dari cerita Taliroso-Rosotali. "Ceritanya dari sana, berbeda dari cerita dan alur "Petruk Dadi Ratu" yang sering dipentaskan," ujar sutradara sekaligus Pimpinan Wayang Orang Sriwedari, Agus Prasetyo saat konferensi pers, di Galeri Cipta III, Taman Ismail Marzuki, Kamis, 13 November 2014. Untuk pementasan ini, Wayang Orang Sriwedari memboyong 60 pemain dari Solo.
"Petruk Dadi Guru" menceritakan Betara Guru yang menghilang dari kahyangan demi memuaskan hasratnya mencintai Dewi Lesmanawati. Dia mengubah wujudnya menjadi seorang ksatria. Hilangnya penguasa kahyangan ini membuat bingung para dewa. Dewi Uma dan Narada pun turun mencari Betara Guru.
Di tempat lain, Petruk menemukan pakaian yang gemerlapan. Silau akan gemerlap dan kemewahan pakaian, Petruk memakai pakaian tersebut. Pada saat yang sama, para dewa menemukan Bethara Guru dan memboyongnya ke kahyangan. Namun akhirnya terjadi kegaduhan.
Cerita ini, kata Agus, terinspirasi situasi yang berkembang saat ini. Ceritanya pun disampaikan secara guyon tetapi penuh pesan bermakna. "Harapannya lakon ini bisa menjadi guru bagi kita semua, bisa mengambil pelajaran dari kejadian yang ada," ujar lulusan Institut Seni Indonesia Surakarta ini.
Bertindak sebagai dalang adalah Heri Karyanto dan penata artistik Nanang Hape. Nanang menjanjikan sajian artistik panggung pada pentas ini. "Unsur artistik di luar pakem cerita, akan jadi yang utama," ujarnya.
DIAN YULIASTUTI
Berita lain:
Malaysia Kuasai 3 Desa, Pemda Nunukan Pasrah
Kontras Laporkan FPI ke Komnas HAM
Ahok Didukung MUI Asal...