Acara yang bertajuk Jembatan, Kenangan, Memori Komunitas ini juga menampilkan pertunjukan musik. Komunitas Penyanyi Jalanan (KPJ) turut mengisi panggung. Sebelum pertunjukan, mereka sempat mengenang pementasan di tempat yang merupakan cagar budaya tersebut. “Terakhir kami mentas sekitar tahun 1990-an. Malam ini merupakan malam spesial bagi kami,” kata seorang personelnya.
KJP menyanyikan tiga lagu, satu di antaranya karya fenomenal Asia Ramli Prapanca, Jati Cinta. Tak ingin ketinggalan momen, alunan musik yang masih dimainkan oleh KPJ, langsung disambar Ram—sapaan akrab Asia. Tanpa sorotan lampu, Ram muncul dari belakang seolah membelah penonton, sambil membacakan karyanya.
Ram tampil ekspresif pada malam itu. Dia membentangkan tubuhnya di atas panggung. Sesekali ia berlari ke arah penonton sambil membacakan puisi yang diiringi musik. Tepuk tangan meriah menggiring mereka turun dari panggung. “Mereka merupakan seniman jalanan yang tidak pernah berhenti untuk berkarya,” ucap Ram.
Teater kampus Universitas Negeri Makassar turut berkontribusi. Mereka mementaskan teater pendek berjudul The Eyes of Marege—naskah yang sama dan pernah dipersembahkan di tempat yang sama dalam perhelatan ulang tahun kelompok teater ini yang ke-33. Sekalipun mengulang, para pemainnya tetap tampak telaten dalam beradu akting di atas panggung.