TEMPO.CO , Makassar: Lelaki tua memanjat miniatur bagang—rumah apung di perairan—yang terletak di tengah panggung. Bersama tiga rekannya, lelaki berusia 75 tahun ini menenteng benda “pusaka” kesayangannya, sebuah ganrang (gendang).
Minggu malam lalu, di tengah-tengah Fort Rotterdam, Daeng Serang Dakko menunjukkan kepiawaiannya menabuh gendang. Di hadapannya, seorang lelaki yang mengenakan topi putih tampak menunggu aba-aba dari sang maestro gendang untuk menyampaikan tutur-tutur sastra. Kala gendang ditabuh, Chaeruddin Hakim—lelaki bertopi putih itu—menyambar secarik kertas, lalu membacakan puisi berjudul Makassar Negeri Adat.
Baca Juga:
Kolaborasi musik gendang ala Daeng Serang dan bait-bait puisi berbahasa Makassar mampu membangkitkan antusiasme para penonton. Pertunjukan sastra tutur oleh kedua seniman Makassar tersebut merupakan satu rangkaian acara pada malam penutupan Sastra Kepulauan VIII 2014.
Beratapkan langit, seratusan orang dari berbagai kalangan menyambangi Fort Rotterdam demi menyaksikan ujung rangkaian acara pertemuan sastrawan, seniman, dan budayawan dari berbagai pulau ini. Semua orang tampak larut menikmati malam pertunjukan apresiasi kesenian yang digagas oleh Forum Sastra Kepulauan bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Selatan itu.