TEMPO.CO, Depok - Meski wayang lahir dari budaya asli Jawa, tidak semua orang Jawa memahami bahasa pewayangan. Seperti yang diakui oleh beberapa mahasiswa Universitas Indonesia asal Surabaya, Jawa Timur, Kamilia Puspita Ayu, 18 tahun. Menurut dia, bahasa pewayangan tidak sama dengan bahasa Jawa biasa. (Baca: WGTC, Mahasiswa Belajar Bikin Wayang)
"Saya bisa bahasa Jawa, tapi enggak bisa mengerti bahasa pewayangan," kata Kamilia saat ditemui di acara Wayang Goes to Campus 2014, Rabu, 24 September 2014. Bahasa yang dipakai dalang, kata dia, adalah bahasa Jawa halus. (Baca: Komunitas Wayang UI Usulkan Hari Wayang Nasional)
Karena itu, dia dan dua sahabatnya, Qonita Veria, 18 tahun, dan Annisa Azri, 18 tahun, yang sama-sama tak bisa mengerti bahasa pewayangan mengambil mata kuliah seni pada mata kuliah pilihan. "Kita pilih karena pengin nyoba. Unik gitu karena di SMA mana ada wayang," katanya. Padahal, ujarnya, di mata kuliah tambahan itu ada pilihan olahraga juga, tapi mereka memilih seni. (Baca juga: Ada Pertunjukan Wayang Selama 4 Hari di UI Depok)
Menurut Qonita, saat ini mereka masih dalam tahap membaca skrip naskah pewayangan pada mata kuliah tersebut. Namun, mereka harus bersiap diri karena pada ujian akhir semester nanti harus bisa memainkan wayang. "Ujian akhir bisa ada pentas (wayang)," kata mahasiswa Fakultas Kedokteran UI tersebut.
Bukan cuma mahasiswa Fakultas Kedokteran, mahasiswa Sastra Jawa UI semester III, Khairunnisa Kusuma, 19 tahun, saja belum terlalu memahami bahasa pewayangan. "Sampai sekarang belum begitu paham," katanya. Menurut dia, sampai semester III mereka belum mendapatkan mata kuliah pewayangan. "Semester 5 baru ada mata kuliahnya."
Menurut anggota Kelompok Wisata Wayang Yogyakarta, Sujiono, 54 tahun, tidak heran jika orang Jawa sendiri tidak tahu bahasa pewayangan. Soalnya, wayang memakai bahasa Jawa halus kromo inggil. "Memang tidak sama dengan bahasa saat ini," katanya.
Ketua Umum Wayang Goes to Campus UI Dwi Woro Mastuti juga mengakui bahwa masalah bahasa menjadi fokus para dalang saat ini. Apalagi, ada rencana permintaan Hari Wayang Nasional kepada pemerintah. Artinya, kehadiran wayang harus dirasakan oleh semua daerah di Indonesia. "Saat ini dalangnya sudah mulai fokus ke situ (tidak melulu menggunakan bahasa Jawa)," katanya. Soalnya, dalang juga memahami tidak semua penonton mengerti Jawa.
ILHAM TIRTA
Topik terhangat:
Koalisi Jokowi-JK | Kabinet Jokowi | Pilkada oleh DPRD | IIMS 2014
Berita terpopuler lainnya:
Wartawati Tempo Dilecehkan Simpatisan FPI
FPI Minta Ahok Jaga Mulut
Soal Gantung Diri di Monas, Anas: Siapa Bilang?
Adnan Buyung: Jaksa Penuntut Anas Bodoh