Nurhayati membandingkannya dengan huruf Korea Selatan yang terus digunakan. “Kalau kita berkunjung ke Korea Selatan, kita tidak akan menemukan tulisan Latin. Kalaupun ada, hanya sedikit. Mereka menuliskan seluruh petunjuk dan informasi menggunakan bahasa mereka, Hanguel,” kata profesor yang sempat menetap di Korea Selatan selama dua tahun itu.
Bukannya minder, Korea malah diperhitungkan di dunia untuk segala bidang. Selain itu, Jepang dengan simbol Samurai, ujar Nurhayati, mengantarkan mereka pada puncak perkembangan kebudayaan. Samurai tidak dilambangkan sebagai alat peperangan, melainkan spirit jati diri bangsa Jepang. Seperti Siri’ dalam lingkungan Bugis-Makassar.
“Jadi, kalau mau melanjutkan pendidikan di Korsel atau Jepang, kita dipaksa mengetahui bahasa mereka lebih dahulu. Kalau tidak mau mengenal bahasa mereka, kita akan kesusahan di sana. Sebab, mereka bangga dengan bahasa mereka. Sedangkan kita, yang juga punya bahasa dan tulisan sendiri, justru tidak mau berbahasa daerah,” ujarnya.
SUTRISNO ZULKIFLI
Berita lain:
Terduga Pembunuh Tiga Remaja Israel Tewas Ditembak
Rachmat Yasin Resmi Lengser dari Kursi Bupati Bogor
SPG Cantik Suzuki Sedot Rp 1 Miliar di IIMS 2014