Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Balutan Etno-Contempo ala Riau Rhytm  

image-gnews
Kelompok musik etnik Riau Ryhthm Chambers Indonesia tampil pada gelaran Ethno Contempo Musik Tour 2014 di gedung kesenian Societeit De Harmonie, Makassar, 16 September 2014. TEMPO/Asrul Firga Utama
Kelompok musik etnik Riau Ryhthm Chambers Indonesia tampil pada gelaran Ethno Contempo Musik Tour 2014 di gedung kesenian Societeit De Harmonie, Makassar, 16 September 2014. TEMPO/Asrul Firga Utama
Iklan

Menurut Rino, seluruh lirik dalam lagu yang mereka bawakan berasal dari sastra lisan yang ditemukan di kawasan Candi Muara Takus, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Dari hasil penelusuran, ditemukan sedikitnya 15 jenis sastra lisan yang dilantunkan. Di antara temuan itu,  hanya sembilan yang mampu diterjemahkan menjadi permainan musik. “Kami sempat kesulitan saat mengubah sastra lisan tersebut menajdi musik,” ujar Rino. Selain sastra lisan, mereka mengeksplorasi alat musik khas masyarakat Kampar, yakni gambang dan calempong.

Baca Juga:

Seluruh lirik sastra lisan ini menceritakan kehidupan, ketuhanan, dan cinta. Kisah ini biasa dilantunkan untuk menyambut raja-raja. Karena itu, Rino berpendapat, penggunaan musik kala itu tidak bernada cepat. “Tidak mungkin menyambut raja dengan keras dan kencang. Pastinya lambat,” tutur dia. Agar tetap terkesan modern, dipadukanlah lirik dengan musik cepat.

Kelompok musik Riau Rhytm ini sengaja mengangkat kisah-kisah hikayat masyarakat lokal untuk diaransemen ulang menjadi musik. Menurut Rino, menjaga kelestarian kebudayaan lokal melalui musik adalah keharusan. Ia juga mengajak para pemusik untuk tetap menggaungkan kebudayaan dengan mengekspresikannya, tanpa harus terlihat tradisional.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pegiat musik lokal, Arifin Manggau, kagum atas pertunjukan Riau Rhytm. Menurut dia, ini merupakan salah satu cara untuk membangkitkan seni musik tradisional. “Karya ini adalah aset negara yang mesti tetap dijaga,” kata dia.

Dosen Universitas Negeri Makassar itu juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap kesenian lokal di Makassar yang kurang diperhatikan. Kehadiran Riau Rhytm diharapkan menjadi penyemangat buat para pemusik lokal. “Tentunya dengan menonjolkan budaya Bugis-Makassar,” kata Arifin.

SUTRISNO ZULKIFLI

Berita lain:
Mobil-mobil Ini Didesain Khusus untuk IIMS 2014 

Bukan Trah Soekarno, Mentok Jadi Sekjen PDIP

Polwan Cantik, Jerawatan Jadi Mulus


 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Riau Rhytm, Mempertanyakan dan Berpegang pada Sejarah

23 September 2014

Pentas Riau Ryhthm Chambers Indonesia. youtube.com
Riau Rhytm, Mempertanyakan dan Berpegang pada Sejarah

Riau Rhytm Chambers menepis catatan sejarah selama ini bahwa Suvarnadvipa merupakan pulau emas.