TEMPO.CO, Denpasar - Film dokumenter berjudul Tumiran karya sutradara muda asal Banyuwangi, Vicky Hendri Kurniawan, dinyatakan sebagai karya terbaik dalam Denpasar Film Festival 2014. Penyerahan penghargaan disampaikan oleh Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Mantra, Sabtu malam, 23 Agustus 2014.
Menurut Ketua Dewan Juri Slamet Rahardjo, film itu mewakili posisi film dokumenter sebagai media ekspresi, bukan dokumentasi belaka. “Ada kejelasan semiotika sinematografi. Bukan hanya bercerita tetapi showing the story,” ujarnya. Secara umum, kata dia, lima film yang masuk nominasi menunjukkan kualitas yang meningkat. Namun Tumiran dinilai lebih lengkap dibanding film-film yang lain.
Film itu bercerita tentang Tumiran, seorang lelaki asal Banyuwangi yang mewarisi garis keturunan pelaku ritual Kebo-keboan. Ia sudah melakoni ritual untuk bertarung layaknya seekor kerbau itu sejak berusia 22 tahun. Karena desakan ekonomi, dia terpaksa harus merantau ke Lombok dan bekerja sebagai nelayan. Namun, hingga berumur 63 tahun, Tumiran selalu berusaha pulang ke kampungnya setiap tahun untuk melakoni ritual itu.(Baca : Ini 5 Film Nominasi Terbaik Denpasar Film Festival )
Dalam festival ini, juri juga memberikan penghargaan khusus bagu film Jamu Laut karya Andi Hutagalaung karena memiliki keunggulan di sisi sinematografi. Sedangkan dalam soal editing, juri memberikan penghargaan khusus kepada film Potehi karya Ari Mendrofa. Adapun anggota dewan juri festival ini yakni fotografer Rio Helmi, budayawan I Made Bandem, jurnalis Wayan Juniartha, dan sutradra film dokumenter Dr Lawrence Blair.
Wal Kota Denpasar menyebutkan pihaknya terus mendukung pelaksanaan Denpasar Film Festival sampai yang kelima kalinya karena melihatnya sebagai sarana proses kreatif. “Khususnya untuk anak-anak muda, demi mengekspresikan bakat dan kemampuannya,” ujarnya. Pelaksanaan festival ini sekaligus menjadi perwujudan misi Kota Denpasar sebagai kota kreatif.
Rangkaian festival ini dilengkapi dengan acara workshop dan pameran fotografi. Bagi siswa setingkat sekolah menengah atas, digelar lomba film dokumenter tingkat Bali. Dalam kategori ini, film Kami Bukan Peminum Liar karya SMK PGRI Amlapura dinyatakan sebagai film terbaik. Adapun Masih Ada Asa dari SMAN 3 Denpasar menjadi juara kedua, sedangkan Segores Harapan dari balik Kaca karya SMAN 1 Banjar, Buleleng, meraih tempat ketiga.
ROFIQI HASAN
Berita Terpopuler
Ini Tantangan Endah N Rhesa buat Jokowi
Mariah Carey Berpisah dengan Suaminya, Nick Cannon
Java Production Targetkan 4 Festival Musik Tahunan
Apa Harapan Bimbim Slank untuk Kabinet Jokowi-JK