TEMPO.CO, Jakarta - Tema keluarga yang mendapat teror mistis telah berulang kali diangkat ke layar lebar, sebut saja The Amityville Horror, Insidious, Dark Water, hingga Conjuring. Terakhir, film horor terbaru dari Australia, Babadook, juga menggunakan formula serupa.
Film ini diawali kisah Amelia, yang dihantui kematian Oskar, suaminya, yang meninggal karena kecelakaan saat mengantarnya ke rumah sakit untuk melahirkan. Samuel, anak lelaki semata wayangnya, susah berteman dan memiliki ketakutan yang berlebihan terhadap monster.
Keadaan makin memburuk setelah Samuel minta dibacakan sebuah buku bergambar tanpa nama pengarang berjudul Mister Babadook. Kelakuan Samuel makin tak terkendali, dan ia menyalahkan Babadook. Hubungan keduanya makin menegang, dan di puncak emosinya, Amelia mulai merasakan teror Babadook.
Meski menggunakan resep lama yang telah diulang berkali-kali, Babadook tak lantas menjadi tontonan yang menjemukan. Justru film yang diputar dalam festival Sundance tahun ini tersebut menawarkan pendekatan yang tak banyak digunakan film horor lain, yaitu nuansa drama yang sangat kental.
Nuansa melankolis dalam film ini sungguh terasa, terutama lewat penampilan yang kuat dari tokoh utamanya, Essie Davis. Bersama Noah Wiseman, pendatang baru berusia 7 tahun dengan permainan tak kalah solid, tarik-menarik emosi di antara keduanya menghadirkan emosi yang "basah". Entah itu ketakutan, kesakitan, kemarahan, hingga rasa frustrasi.
Hal ini diperkuat dengan bahasa visual yang menampilkan ragam emosi ini secara cantik, baik lewat cekungan hitam di bawah mata Amelia, kondisi pekerjaan yang menguras daya hidup Amelia, hingga rumah yang kelam dan dingin dengan halaman tak terawat.
Hal lain yang membedakan Babadook dengan film horor lain dari Hollywood adalah film ini relatif bersih dari jump scare—istilah yang biasa digunakan untuk adegan menakutkan yang muncul tiba-tiba sehingga membuat penonton terlonjak dari kursi duduknya. Bahkan penampakan seram sang makhluk pun jarang terlihat.
Tak seperti Insidious atau Conjuring yang kelihatannya tidak percaya diri untuk menakut-nakuti penonton tanpa menggunakan taktik ini, Babadook lebih menonjolkan atmosfer kengerian untuk mengelus-elus bulu kuduk penonton.
Sang sutradara sekaligus penulis naskah, Jennifer Kent, juga menyertakan unsur suspense yang bersifat psikologis dalam porsi lumayan besar. Eksekusinya cukup mengingatkan pada The Shining dari Stanley Kubrick dan juga The Amityville Horror, yang konfliknya bersumber dalam keluarga.
Secara keseluruhan, dengan pendekatan drama yang kental dan manusiawi, kemunculan Babadook terasa cukup menyegarkan. Namun, untuk penonton yang memang memburu jump scare, Babadook mungkin akan terasa cukup membosankan.
RATNANING ASIH
Topik terhangat:
ISIS | Pemerasan TKI | Sengketa Pilpres | Pembatasan BBM Subsidi
Berita terpopuler lainnya:
Novela Saksi Prabowo Doakan Israel
Kenaikan Gaji PNS Jadi Pilot Project Jokowi
Begini Robin Williams Saat Pertama Ditemukan