TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar 120 karya 47 seniman dari Jakarta, Bandung, Jogya, Solo, Madura dan Bali tampil dalam pameran Kriya Seni Indonesia Wood & Good di Ciputra Artpreneur Center pada 19-29 Juni 2014 di Jakarta. Asmujo Jono Irianto, Rizky A. Zaelani dan I Wayan Seriyoga Parta menjadi kurator bidang kriya dan seni kontemporer dalam pameran tersebut.
Menurut kurator Rizky A. Zaelani, Indonesia dianggap sebagai paru-paru dunia, tapi banyak kayu yang digunakan tidak semestinya. (Baca : Pematung Anusapati Mengembalikan Kenangan Kayu)
"Transformasi media kayu menjadi sesuatu yang lebih bernilai. Selain menjadi medium, juga mengandung nilai. Materi alam ini dinilai sebagai medium tertinggi," katanya. Pameran ini juga memamerkan kayu dari Bali yang dikumpulkan secara turun-temurun. "Bali menjadi contoh bagi daerah lain," katanya.
Beberapa di antara 47 seniman itu menampilkan karya lawas. Anusapati, misalnya, menghadirkan karya tahun 1995 berjudul “Object#9” yang terbuat dari kayu sonokeling berukuran 90 x 20 x 24 cm. Anusapati dikenal mengambil jalur minat patung. Lulusan ASRI Yogyakarta ini melanjutkan pendidikan master di Pratt Institute, Brooklyn, New York.
Hadi Siswanto, seniman kelahiran Kudus 1955, menampilkan karya "Chicken Storage", berupa kayu lapis, lidi dan stainless steel ukuran 200 x 70 x 140 cm. Lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB ini pernah menjadi juara pertama Indonesian Innovative Design Competition.
Perupa lain dalam pameran ini adalah Abdi Setiawan, lulusan Institut Seni Indonesia, Jogyakarta, yang dikenal dengan karya patung membentuk figur ekspresif. Dia menampilkan karya tahun 2012 dengan nama “Security #2”, terbuat dari kayu jati, cat akrilik dan pakaian lifesize dari sosok petugas keamanan (satpam). Karya Abdi pernah dipamerkan secara tunggal di Metis Gallery, Amsterdam, Belanda, dan Andre Simoens Gallery, Knokke-Zoute, Belgia, pada 2010. (Baca:Merefleksi Dinamika Seni Patung Kontemporer)
Pameran ketiga ini mengetengahkan karya kriya seni kayu sebagai wujud dan ekspresi keindahan alami dan sumber inspirasi seniman. Sebelumnya sudah diadakan pameran kriya seni serat (Indonesia Contemporary Fiber Art, 2012) dan pameran seni kriya logam (The Horizin of Strenght, 2013)
Prof. Dr. HM Ahman Sya selaku Dirjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya mengatakan seni kayu masih berhadapan dengan skill, kualitas, modal, akses pasar dan aspek kelembagaan. "Nantinya, akan dibuatkan juga mapping pameran," katanya.
EVIETA FADJAR
Berita Terpopuler:
Tika Bisono: Olga Sudah di Jakarta. Itu Bohong!
'Bulan di Atas Kuburan' Asrul Sani Dibikin Ulang
Agar Tak Punah, Tari Topeng Pamindo Diwariskan
Rumah Pipik Terbakar, Ustad Aswan Segera Meluncur