Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

SensasiLima Dalang Wayang Golek Pesisiran

image-gnews
Pertunjukkan Wayang Golek Cepak Tegalan dengan judul Jamaluddin The Robbers karya Dalang Sri Waluyo di Gedung Kesenian Jakarta, Jakarta Pusat, 23 Mei 2014. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Pertunjukkan Wayang Golek Cepak Tegalan dengan judul Jamaluddin The Robbers karya Dalang Sri Waluyo di Gedung Kesenian Jakarta, Jakarta Pusat, 23 Mei 2014. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Menonton wayang golek dengan satu kelir atau layar sudah jamak bagi penikmat wayang. Tetapi dalam pertunjukan wayang golek pesisiran atau dikenal juga dengan sebutan wayang golek cepak Tegal, penonton akan menemukan sensasi baru yang lain dari biasanya. Setidaknya ini bisa dirasakan saat menonton pertunjukan wayang golek pesisiran garapan dalang Sri Waluyo yang digelar Yayasan Budaya-ku di Gedung Kesenian Jakarta, Sabtu dan Ahad, 24-25 Mei 2014. 

Sri Waluyo mengemas pertunjukan wayang dengan lakon Jamaludin the Robber atau Jamaludin Begal (Perampok) itu dalam konsep wayang golek yang modern. Dia memodifikasi wayang yang mengangkat cerita rakyat setempat dengan layar yang berlapis-lapis. Tak hanya itu, dia pun mengajak empat dalang lain untuk membantunya selama pertunjukan berlangsung. Hasilnya, pertunjukan selama 90 menit itu jadi lebih dinamis. Wayang Jamaludin dan Sutijah, kekasihnya, bisa berpindah-pindah dari satu layar ke layar yang lain.

Sri Waluyo memulai pentasnya dengan sepasang wayang, lalu dilanjutkan koreografi yang ditarikan oleh Cahwati dan Heru Purwanto. Keduanya digambarkan sedang bercinta. Adegan tersebut diiringi alat musik tradisional yang dimodifikasi dalam nada diatonis oleh Gunarto Gondrong. Belum sempat keduanya menyelesaikan tarian, seorang narator tiba-tiba meminta mereka berhenti dengan dengan guyonan. Sengaja mereka membuat skenario ini. “Ini kita mau ada tanggapan wayang golek, tapi bukan sembarang wayang golek,” ujar Titus dan Mackculan Baihaqi saat pentas gladi resik, Jumat lalu.

Setelah interupsi tersebut, barulah para dalang memulai pentasnya. Sepasang wayang golek yang disebut Jamaludin dan Sutijah terlihat di layar bagian depan, sementara bayangan sepasang  penari bergerak perlahan menjadi latar wayang goleknya.

Lakon Jamaludin the Robber menyuguhkan sebuah pasowanan Kerajaan Kemiri. Patih Sabrang melaporkan salah satu lurah menolak membayar upeti. Lurah itu tak lain adalah ayah Jamaludin. Raja lantas memerintahkan patih untuk menghukum ayah Jamaludin. Pasowanan bubar dan tiba-tiba lurah datang. Tujuannya untuk melamar putri raja yang tak lain adalah Sutijah. Tentu saja itu berujung pada penolakan dan murka sang patih, yang lalu mengusir lurah dan Jamaludin. Desa  mereka pun dibumihanguskan.

Sri Waluyo berhasil memikat penonton dengan aksi keroyokan dengan empat dalang lain. Gado-gado sabetan wayang , iringan musik, dan koreografinya pun tak kalah memikat. Penonton tak akan jemu dengan aksi wayang yang monoton di satu layar seperti yang biasa dilihat selama ini. Di tangan Sri Waluyo dan teman-teman dalangnya, pertunjukan wayang golek menjadi lebih hidup dan kocak dengan gerakan-gerakan yang dimainkan. Dalang tak hanya diam di depan layar, tapi ikut bergerak dari satu layar ke layar lain. Para dalang bahkan keluar dari balik layar, berlarian dan menari bersama goleknya. Efek lampu juga menjadi penunjang penting bagi pentas wayang cepak Tegal ini.  Ini menjadi salah satu taktik si dalang untuk menyiasati efek seperti pentas wayang kulit.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sri Waluyo mencoba memodifikasi wayang tradisional khas tanah kelahirannya ini. Tak seperti wayang golek dari daerah lain yang mengambil cerita Ramayana-Mahabarata, wayang pesisiran Tegal ini mengangkat cerita rakyat setempat. Meskipun demikian, Sri Waluyo tak lantas meninggalkan pakem asli wayang, tapi memunculkan pentas gado-gado tadi. “Saya ingin penonton itu menonton wayang seperti nonton sinetron,” ujar Sri Waluyo sebelum gladi resik. Dia juga ingin masyarakat, terutama generasi muda, mengenal wayang golek khas Tegal yang sudah hampir tak dikenal lagi ini.

Meski wayang itu disebut khas Tegal, penonton tak akan kesulitan mencerna cerita yang sederhana ini. Karena para dalang tak menggunakan bahasa Tegal. Bahkan tak ada sama sekali dialek Tegal seperti yang diucapkan salah seorang komedian televisi, Parto. Untuk memudahkan penonton mencerna cerita, mereka menggunakan bahasa Indonesia yang kadang-kadang dicampur bahasa Jawa.

Sayangnya, alur cerita yang sederhana tentang kisah cinta Jamaludin-Sutijah, yang kemudian membuat Jamaludin jadi perampok, ini tak mampu diterjemahkan secara runtut dan gamblang oleh dalang. Inilah mungkin yang menjadi alasan koreografi dipakai untuk memperkuat cerita dan adegan wayang.

DIAN YULIASTUTI

Berita lain:
Purdi Chandra Ditahan, Primagama Tak Goyang
Buka Kantor di Jakarta, Apple Tawarkan Lowongan
Cokelat Cadbury Mengandung Babi?
Anggun Raih Penghargaan di World Music Awards
Ponsel Pintar LG G3 Berteknologi Sinar Laser

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Cerita Wayang Kulit Indonesia yang Digemari di Luar Negeri

20 November 2021

Konvensi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang Pedalangan dan Pewayangan di Yogyakarta, Jumat, 19 November 2021. Tempo/Pribadi Wicaksono
Cerita Wayang Kulit Indonesia yang Digemari di Luar Negeri

Wayang kulit merupakan salah satu karya adiluhung Indonesia telah diakui oleh UNESCO melalui penetapan resmi pada 2003.


Jadi Hiburan, Wayang Potehi pun Digelar dengan Guyonan ala Jawa

21 Januari 2019

Pementasan wayang potehi di Klenteng Sin Tek Bio dalam perayaan Dewa Bumi Hok Tek Ceng Sin, Minggu, 20 Januari 2019 (TEMPO/Bram Setiawan)
Jadi Hiburan, Wayang Potehi pun Digelar dengan Guyonan ala Jawa

Wayang potehi dipentaskan pada 20-21 Januari dalam perayaan ulang tahun Hok Tek Ceng Sin, atau Dewa Bumi untuk kemakmuran dan jasa.


Pesan di Balik Cerita Wayang Kulit pada Ulang Tahun ke-7 NasDem

11 November 2018

Sejumlah artis Ibu Kota dari Partai NasDem berfoto bersama sebelum mendaftarkan diri menjadi bakal calon legislatif (caleg) di kantor KPU, Jakarta, Senin, 16 Juli 2018. NasDem mengajukan 20.391 calon anggota legislatif, mulai tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga DPD, di antaranya artis Nafa Urbach, Tessa Kaunang, Addies Adelia, dan Krisna Mukti. TEMPO/M Taufan Rengganis
Pesan di Balik Cerita Wayang Kulit pada Ulang Tahun ke-7 NasDem

Pertunjukan wayang kulit semalam suntuk ini digelar pada hari ke-2 perayaan ulang tahun NasDem di Karanganyar, Jawa Tengah.


Ulang Tahun NasDem ke-7 Diwarnai Pertunjukan Wayang Kulit

11 November 2018

Ketua Umum Partai Nasdem dan Wakil Presiden Jusuf Kalla hadir dalam acara penutupan pekan orientasi calon legislatif Partai Nasdem di Hotel Mercure Ancol, Jakarta pada Senin, 3 September 2018.  TEMPO/Dewi Nurita
Ulang Tahun NasDem ke-7 Diwarnai Pertunjukan Wayang Kulit

Acara ulang tahun NasDem di Karanganyar, Jawa Tengah, akan ditutup dengan pembekalan calon legislatif partai di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta.


Dalang Favorit Jokowi Meriahkan Pagelaran Wayang di Ultah PDIP

27 Januari 2018

Pagelaran wayang dengan lakon Bima Jumeneng Guru Bangsa yang dihadiri Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dan Mendagri Tjahjo Kumolo di Tugu Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, 27 Januari 2018. TEMPO/Dewi Nurita
Dalang Favorit Jokowi Meriahkan Pagelaran Wayang di Ultah PDIP

Menurut panitia acara pagelaran wayang, Ki Purwo Asmoro yang tampil di acara ulang tahun PDIP ini adalah dalang favorit Presiden Jokowi.


Megawati Soekarnoputri Hadiri Pagelaran Wayang di Tugu Proklamasi

27 Januari 2018

Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri, memotong tumpeng saat menghadiri pagelaran wayang dengan lakon Bima Jumeneng Guru Bangsa di Tugu Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, 27 Januari 2018. TEMPO/Dewi Nurita
Megawati Soekarnoputri Hadiri Pagelaran Wayang di Tugu Proklamasi

Megawati mulai menyukai wayang sejak kecil karena ayahnya, Presiden RI ke-1 Soekarno kerap menggelar pertunjukan wayang di Istana.


Wayang Kulit Ambil Bagian dalam Festival Europalia di Belgia

11 November 2017

Dalang Ki Purbo Asmoro mengajarkan siswa memainkan wayang kulit di Jakarta Intercultural School (JIS) Elementary, Jakarta, 2 November 2017. Tempo/Ilham Fikri
Wayang Kulit Ambil Bagian dalam Festival Europalia di Belgia

Wayang kulit menjadi salah satu benda seni yang dipamerkan dalam rangkaian Festival Europalia Indonesia di museum Kota Binche.


Ada Wayang Kulit dalam Star Trek: Discovery, Karakter Siapa?

26 September 2017

Wayang kulit karakter Gatotkaca hadir di serial Star Trek: Discovery. (Star Trek: Discovery)
Ada Wayang Kulit dalam Star Trek: Discovery, Karakter Siapa?

Ada wayang kulit dalam serial televisi Star Trek: Discovery episode terbaru yang tayang pada akhir pekan lalu.


PT KAI Sumbang Wayang Orang Sriwedari Solo Uang Rp 223 Juta

7 Juli 2017

Dua orang seniman berlakon sebagai Petruk dan Gareng dalam pertunjukan kesenian wayang orang yang berjudul Jayabaya Mukswa di Gedung Wayang Orang Sriwedari, Surakarta (31/3). TEMPO/ Nita Dian
PT KAI Sumbang Wayang Orang Sriwedari Solo Uang Rp 223 Juta

Pada Maret lalu, PT KAI juga menyerahkan bantuan senilai Rp 150 juta untuk gedung kesenian itu.


Opera Ramayana: Murka Rahwana di Hari Raya

3 Juli 2017

Penari Wayang Orang mementaskan Pentas Opera Ramayana pada acara Bakdan Neng Solo di Benteng Vantenburg, Solo, Jawa Tengah, 28 Juni 2017. Pentas tersebut digelar sebagai promosi kota sekaligus diharapkan dapat memberikan hiburan bagi pemudik maupun warga yang berlibur di Kota Solo saat lebaran 2017. ANTARA FOTO
Opera Ramayana: Murka Rahwana di Hari Raya

Lakon Rama Tambak dalam Opera Ranayana ini tak hanya menyuguhkan konflik antar-kerajaan, tapi juga menyelipkan pesan-pesan lingkungan.