TEMPO.CO, Ubud - Koleksi foto yang bercerita tentang kehidupan rakyat Indonesia pada masa kolonial dipamerkan di Rumah Topeng dan Wayang Setiadarma, Ubud, Bali, pada 26 Mei hingga 26 Juni 2014. Koleksi yang terdiri atas 70 foto itu adalah karya fotografer asal Prancis, Jean Demenni. Foto-foto itu diambil pada periode 1840-1850 saat Demenni terlibat dalam ekspedisi militer pemerintah kolonial.
Kolektor foto, H.W. Ming, mengatakan jepretan Demenni itu terasa istimewa karena tidak hanya menonjolkan eksotisme dan keindahan Indonesia pada masa itu. ”Foto-fotonya secara jujur melihat kondisi bangsa ini,” kata Ming, yang mengumpulkan foto-foto itu di Negeri Belanda pada 2004-2006.
Ming awalnya membeli salah satu foto Deminni secara tidak sengaja ketika sebuah museum kecil di Belanda sedang melakukan renovasi dan menjual karya yang dianggap kurang berguna. Ia tertarik kepada potret yang menampilkan Kartini saat sedang membatik dengan keponakannya. Sejak saat itu dia terus menggali informasi mengenai sosok Deminni seraya mengumpulkan karya-karyanya.
Ahli sejarah yang juga kurator pameran ini, Mona Lohanda, menjelaskan, karya Deminni awalnya dikerjakan sebagai sarana pemerintah kolonial untuk mengenal daerah jajahan guna mencari cara untuk melakukan pengaturan yang tepat. Ekspedisi militer kolonial kemudian melibatkan para fotografer. Salah-satunya Deminni. Dia menghasilkan 150 foto yang dicetak oleh Kleynenberg, Boissevain & co.
“Sekarang menjadi warisan berharga untuk mengenali bangsa kita di masa itu,” ujar Mona. Menurut Mona, foto-foto itu menunjukkan hubungan Belanda dengan bangsa Indonesia tidak sepenuhnya eksploitatif. Tetapi ada aspek-aspek hubungan kemanusiaan yang tidak sepenuhnya harus dilupakan. Bagaimana pun, kata dia, masa kolonial adalah bagian dari sejarah bangsa yang tidak bisa dihapus.
Untuk memudahkan pengunjung pameran, foto-foto Demenni dibagi dalam tujuh kategori, yakni kategori The Sites yang memotret keindahan bentang darat dan pemandangan, The Moves tentang transportasi dan infrastrukturnya, The Works tentang aktivitas kerja pada masa kolonial, The Artisan tentang kegiatan seniman dan perajin, The School tentang kegiatan persekolahan, The Aristocrat tentang para raja dan kehidupan birokrasi, serta People and Faith yang mengabadikan kegiatan religius pada masa itu. Sayang, dalam setiap obyek itu tidak disebutkan nama lokasi dan waktu pengambilannya.
Budayawan Muji Sutrisno yang hadir saat pembukaan pameran menyatakan foto-foto ini merupakan sarana untuk mencari akar budaya Indonesia pada masa lalu. Sebab, seusai proklamasi kemerdekaan, seolah-olah terjadi lompatan kejiwaan sebagai bangsa yang merdeka dengan keinginan untuk meretas masa lalu sebagai bangsa terjajah. “Akibatnya, malah banyak yang kehilangan arah karena enggan melihat fakta yang sebenarnya mengenai bangsa ini,” ujarnya.
ROFIQI HASAN
Berita lain:
Polisi: Wisnu Tjandra Tidak di Luar Negeri
Krisdayanti dan Yuni Shara Diklaim Dukung Jokowi
380 Personel Polisi Akan Tempel Capres-Cawapres