TEMPO.CO, Jakarta - Dalam film, soal inkonsistensi menjadi hal lumrah dalam film X-Men. Ada hal membuat film itu terkesan nggak nyambung atau dipaksakan. Sebagai contoh, bagaimana bisa ada tokoh Emma Frost (Tahyna Tozzi) muda di film X-Men Origins: Wolverine sementara di film X-Men First Class, yang mengambil setting sebelum Origins, ada tokoh Emma Frost (January Jones) juga dengan usia lebih tua.
Inkonsistensi ini menyandera film-film X-Men untuk berkembang. Di saat film-film seperti Captain America: The First Avengers, Thor, dan Iron Man bisa saling dihubungkan untuk film berskala besar seperti The Avengers, film-film X-Men tidak bisa karena harus ada lubang yang harus diperbaiki dulu.
Dalam dunia film, ada dua cara yang kerap dipakai untuk menghilangkan lubang-lubang itu, yakni, dibuat ulang filmnya atau kisah perjalanan ke masa lalu. Kebetulan, di komik, X-Men memiliki kisah perjalanan ke masa lalu untuk mengubah masa depan.
Judulnya Days of Future Past yang ditulis oleh Chris Claremont dan digambar John Byrne pada tahun 1981. Oleh studio 20th Century Fox, kisah itu dimanfaatkan untuk memperbaiki lubang-lubang yang ada di film-film X-Men sebelumnya agar wara laba itu bisa berkembang. (Baca: Inilah Film Terbaik yang Meluncur Tahun 2014)
Dalam komiknya, Days of Future Past berkisah tentang tokoh mutan penembus dinding, Kitty Pryde, yang memindahkan kesadarannya ke masa lalu untuk mencegah pembantaian mutan oleh robot-robot raksasa ciptaan Robert Kelly bernama Sentinel.
Kisah film X-Men Days of Future Past tak jauh beda dengan komiknya, hanya tokoh utamanya diganti menjadi Wolverine (masih diperankan Hugh Jackman) yang sudah menjadi "wajah" X-Men di layar lebar.
Alkisah, pada 2023, ratusan hingga ribuan robot raksasa bernama Sentinel ditugaskan untuk menjaga keamanan dunia dari mutan. Mutan dianggap sebagai ancaman sehingga mereka pun dibasmi hingga mereka jadi makhluk langka. Parahnya, manusia-manusia pun dihabisi misalkan secara genetis mereka diprediksi akan memiliki anak seorang mutan.
Para Sentinel itu ternyata tidak ada dengan sendirinya. Keberadaan Sentinel di 2023 adalah hasil dari pembunuhan Bolivar Trask (Peter Dinklage), pencipta Sentinel, oleh mutan Raven "Mystique" Darkholme (Jennifer Lawrence) pada tahun 1973. Mystique menganggap Bolivar patut dibunuh karena Sentinel-nya didesain untuk mencari dan membunuh mutan. Sayang, perhitungan Mystique salah, pembunuhan Bolivar justru membuat pemerintah Amerika Serikat mendanai penuh program Sentinel hingga tahun 2023.
Untuk mencegah Sentinel ada di masa depan, Professor Charles 'X' Xavier (Patrick Stewart) dan Erik "Magneto" Lensher (Ian McKellen) menugaskan Kitty "Shadowcat" Pryde (Ellen Page) untuk mengirim kesadaran Wolverine ke tahun 70-an. Tujuannya, untuk mencegah pembunuhan Bolivar. Wolverine dipilih karena secara fisik dirinya mampu menahan efek dari pengiriman kesadaran ke masa lalu.
Ternyata, mencegah Mystique untuk membunuh Bolivar bukan perkara mudah bagi Wolverine. Profesor X muda (James McAvoy) yang ia harapkan untuk membantu ogah-ogahan sampai harus dipaksa. Magneto muda (Michael Fassbender) juga sama saja, bukannya membantu ia malah punya agenda-agenda sendiri yang tak jauh dari menyiksa manusia. Mystique apa lagi, keras kepala dan tutup telinga meski sudah diperingatkan bahwa rencananya membunuh Bolivar akan membawa efek buruk.
Apakah Wolverine berhasil menjalankan tugasnya. Yang diperbuat berefek ke masa depan. Dengan kata lain, kejadian-kejadian di film X-Men Days of Future Past secara otomatis menghapus seluruh kisah film X-Men, X2, X-Men The Last Stand, X-Men Origins, dan The Wolverine beserta seluruh lubang dan inkonsistensi yang mereka miliki.
Menghapus kisah-kisah lama X-Men dengan plot perjalanan ke masa lalu tak bisa dipungkiri adalah langkah cerdas tapi berisiko. Salah-salah, bukannya menambal lubang dari kisah-kisah lama, film ini malah bisa membuat lubang cerita atau inkonsisten baru.
Namun, duo sutradara Bryan Singer dan penulis cerita Simon Kinberg, berhasil membuat kisah X-Men yang begitu rapih, menghapus segala kekurangan pada film sebelumnya, sekaligus memasang jalur baru untuk film-film X-Men berikutnya.
Keberhasilan X-Men Days of Future Past menceritakan perjalanan waktu karena kisahnya dibuat lugas. Tidak pakai bertele-tele, cerita utamanya jelas, mencegah bencana di masa lampau untuk mencegah bencana di masa depan. Tak ada subplot romantika aneh yang membuat cerita utamanya tertutup.
Tiap karakter dalam X-Men Days of Future Past juga digambarkan dengan baik. Masing-masing memiliki peran dan tugas yang jelas. Alhasil, keberadaan mereka terasa menonjol dan memiliki ikatan jelas dengan kisah utama filmnya.
Perihal sekuens laga, tak ada kata lain selain menegangkan. Tiap adegan laga disusun dengan koreografi yang menarik hingga mampu membetot emosi. Salah satu adegan yang begitu memorable adalah adegan pembebasan Magneto dari penjara beton di Pentagon oleh Peter "Quicksilver" Maximoff (Evan Peters), seorang mutan yang mampu bergerak sangat cepat sampai-sampai bisa mengubah arah datangnya peluru.
Akhir kata, X-Men Days Of Future Past adalah film wajib tonton bulan ini. Mulai hari Rabu, 21 Mei 2014, film ini sudah bisa dinikmati di jaringan bioskop XXI dan Blitz Megaplex. Sebagai catatan, jangan tinggalkan studio sampai credit roll usai karena ada adegan tambahan yang menjadi clue untuk film X-Men berikutnya, X-Men: Apocalypse. Khas Marvel.
ISTMAN M.P.
BeritaTerpopuler
Capres Berkemeja Putih, Poppy: Tidak Fashionable
Bermasalah, Tiket Konser Taylor Swift Dikembalikan
Kejutan Sandra Bullock untuk Siswa New Orleans