TEMPO.CO, Jakarta - Apa jadinya jika tokoh pewayangan menjadi kesatria yang piawai bermain gitar? Arjuna dan Ekalaya tidak lagi berjuang dengan panah, tapi gitar elektrik yang senantiasa disandang di bahu. Hal ini ditampilkan dalam pementasan Wayang Orang Rock Ekalaya di Tennis Indoor Senayan, Sabtu malam 15 Maret 2014.
Resi Durna (Jikun /RIF), guru para Kurawa dan Pandawa, tidak bisa menjadi guru bagi seorang pria yang sebenarnya sangat berbakat dan memiliki kemampuan luar biasa seperti Ekalaya (Stevie Item) yang berasal dari Kerajaan Paranggelung. Ia terpaksa menolak permintaan Ekalaya menjadi muridnya karena ia tidak bisa menerima murid dari luar Hastinapura.
Jika dalam pakem cerita pewayangan Durna adalah ahli dalam seni pertempuran, maka dalam dunia wayang rock Resi Durna merupakan gitaris andal. Arjuna (Otong Koil) adalah murid kesayangan. Durna memberi Arjuna sebuah gitar pusaka yang menurut dia tidak bisa dimainkan oleh sembarang orang.
Meskipun kecewa ditolak Durna, Ekalaya tidak lantas membencinya. Namun ia menjadi murung dan suka menyendiri. Anggraeni (Sophia Latjuba), istri Ekalaya, sempat khawatir pada suaminya tersebut. Sebagai istri yang sangat menyayangi suaminya, ia mencoba meyakinkan Ekalaya untuk membuat sebuah patung yang mirip dengan Durna. Ia lalu berguru pada sosok patung tersebut.
Untuk membuktikan perkataan Durna, Arjuna menantang Ekalaya beradu gitar. Sebelumnya, Durna meminta Ekalaya mematahkan kedua jempol tangannya. Karena menghormati Durna, Ekalaya menyanggupi permintaan itu. Pertandingan adu gitar pun berjalan, dan Ekalaya memenangi semua tantangan musik yang ada.
Meski kisah pewayangan diangkat dalam pementasan, pakem cerita dipertahankan. Hampir seluruh pementasan memuat unsur pop dan kaya dengan aspek teknologi hologram penuh warna.
Tidak terlalu banyak properti yang digunakan. Semenjak awal hingga akhir, di atas panggung utama hanya ada singgasana dengan ornamen gitar milik Resi Durna. Sedangkan di wilayah hunian Ekalaya dan Anggraeni terdapat dua kursi dan satu radio klasik di tengah panggung. Ada juga motor gede yang menjadi kendaraan Ekalaya.
Pada sayap kiri penonton, sekumpulan pemain gamelan ditempatkan, sedangkan pada sayap kanan seperangkat alat musik menjadi sorotan. Penempatan ini seolah menunjukkan ada dua dunia musik yang bertolak belakang namun coba dipadukan dalam sebuah pementasan. (Baca : Wayang Rock Ekalaya, Kolaborasi Rock dan Wayang )
Kehadiran Jikun/RIF sebagai Durna sukses menghadirkan tawa. Dia spontan menggunakan bahasa-bahasa pergaulan seperti ciyus, dan sebagainya.
Kehadiran Andi/RIF dan Bagus dari Netral sebagai cameo pun turut menjadi penyegar dengan humor ringan di tengah kondisi sistem suara yang kurang jernih sehingga dialog tak terdengar jelas.
Pementasan Wayang Orang Rock Ekalaya ini mengedepankan permainan gitar para tokohnya, menyisihkan cerita, apalagi seni peran. Babak pertama gagal menarik perhatian. Alur cerita panjang dan tidak ada kejutan, cukup membosankan untuk pentas berdurasi 2 jam 30 menit ini. Untung ada selingan humor para tokoh dan cameo. Mereka juga menyajikan permainan gitar lagu-lagu rock legendaris, seperti Rock n Roll (Led Zeppelin), From Me to You (The Beatles), dan Heartbreak Hotel (Elvis Presley).
Ada pertandingan adu gitar ala permainan master gitar antara Ekalaya dan Arjuna. Mereka memainkan lagu-lagu milik Gun n Roses, Iron Maiden, dan Metallica. Pentas Wayang Orang Rock Ekalaya bukan pementasan yang sepenuhnya buruk. Dalam hal konsep, pementasan ini memenuhi syarat panggung yang menghibur. Penonton yang awam terhadap musik rock pun dijamin masih bisa menikmati karena musik yang disajikan tidak asing di telinga.
Sayangnya, ruangan tidak penuh. Area VIP, VVIP, serta tribun banyak yang kosong. Penampilan Sophia Latjuba di akhir adegan saat menyanyikan lagu Spirit Carries On dari Dream Theatre menjadi aksi penutup kisah ini.
AISHA
Berita Terpopuler:
Ditanya Soal Al Jadi Jurkam, Ahmad Dhani Ngeles
Ahmad Dhani Buka Karaoke di Sarinah
Galabby Thahira Pahlevi, Seksi Tapi Sopan
Karya Seni Tak Harus Ilmiah