TEMPO.CO, Jakarta - Aktris Angelina Jolie membenarkan bahwa dirinya akan kembali menjalani operasi untuk meminimalkan risiko terkena kanker setelah dia melakukan mastektomi ganda pada tahun lalu. "Saya memutusan untuk proaktif dan meminimalkan risiko sedapat mungkin," ujar dia seperti dikutip situs BBC edisi 12 Maret 2014.
Jolie mengaku sangat bahagia dengan keputusannya untuk melakukan operasi tersebut. "Masih ada operasi lainnya yang harus saya lakukan dan belum saya lakukan. Saya akan mendapatkan saran dari orang-orang yang luar biasa mengenai langkah berikutnya," ujar wanita berusia 38 tahun ini.
Wanita yang lahir pada 4 Juni 1975 ini menambahkan bahwa dirinya sangat beruntung karena mempunyai dokter-dokter yang hebat. "Dan sangat beruntung karena pulih dengan baik sehingga bisa fokus dengan proyek seperti Unbroken yang memang membutuhkan kesehatan yang baik agar saya bisa kembali bekerja," kata Jolie. Ia mengaku mendapat banyak dukungan dari publik.
"Saya sangat tergerak dengan semua dukungan dan kebaikan hati dari banyak orang," kata ibu dari enam anak itu. Sebelumnya, Jolie menjelaskan alasannya melakukan operasi, yakni untuk meminimalkan risiko setelah ibunya meninggal akibat kanker ovarium pada usia 56 tahun.
Dalam artikel berjudul "My Medicine Choice", ia menjelaskan bahwa ibunya berjuang melawan kanker selama hampir satu dekade. Pasangan hidup dari aktor Brad Pitt ini mengatakan bahwa pilihannya benar-benar heroik.
Dokter pribadi bintang Hollywood ini mengestimasi bahwa Jolie mempunyai risiko 87 persen mengalami kanker payudara dan 50 persen risiko mengalami kanker ovarium akibat gen yang diturunkan. (Baca: Belajar dari Mastektomi Ganda Angelina Jolie)
"Pengobatan medis saat ini mempunyai opsi yang terbatas untuk membantu wanita yang mengalami kanker payudara dan ovarium. Namun, dengan melakukan tindakan pencegahan histerektomi dan mengangkat ovarium akan secara signifikan menurunkan risiko terjadinya kanker ovarium," ujar Profesor Hani Gabra, Director of the Ovarian Cancer Action Research Centre di Imperial College.
Memang, ucap Profesor Gabra, mengangkat ovarium akan mempengaruhi kesuburan wanita dan membuatnya menjadi menopause secara natural. Selain itu, hal tersebut akan secara lambat menyebabkan kenaikan risiko terjadinya osteoporosis dan kondisi lainnya.
"Hal ini tentu saja mempengaruhi wanita yang masih berkeinginan untuk membentuk keluarga. Bagi wanita yang mengkhawatirkan hal ini, mereka seharusnya berdiskusi dengan dokter mereka," ujar Profesor Gabra.
BBC I ARBAIYAH SATRIANI
Berita Terpopuler
Olahraga Bisa Cegah Kanker Usus
Mengenal Terapi Ear Candle
6 Tip Agar Makan Malam Tak Bikin Gendut
Program WHO untuk Masalah Gangguan Telinga