TEMPO.CO, Jakarta - Sebagai seorang aktor di ranah teater dan seringkali melakukan adegan monolog, maka membaca sebuah karya dan menghidupkan teknsnya bukan menjadi kesempatan sulit bagi Butet Kertaredjasa. Bagi pria berusia 52 tahun ini aksi bermonolog yang sering ia lakukan cukup berbeda dengan membaca teks.
"Ini bukan monolog, ini seni membaca.Jadi saya setia dengan teks," kata Butet saat ditemui di Galeri Indonesia Kaya, Jumat 7 Maret 2014. Menurut Butet, membaca teks dan setia pada teks, sama sekali tidak melakukan improvisasi terhadap teks itu sendiri.
Sebuah teks yang indah dibuat bergantung pada keahlian pengarang. Tugasnya adalah bagaimana menghidupkan teks yang sudah indah, menjadi lebih hidup dan turut membantu menghadirkan bayangan di benak pendengarnya.(Baca : Kisah Ronggeng Dukuh Paruk Dibuat Versi Audio)
"Saya tidak bercanda.Saya menghidupkan teks, teks diberi nyawa supaya teks saat didengar dapat membantu menghadirkan imajinasi di benak pembaca," ujar Butet. Baik monolog ataupun membaca teks, tidak ada kesulitan yang cukup signifikan. Menurut Butet, masing-masing media seni peran memiliki karakternya masing-masing. "Yang penting semua harus dilakukan sesuai dengan passion dan kesungguhan," kata dia.
Secara umum dalam proses perekaman atau pembacaan teks, Butet sama sekali tidak merasa menemui kendala khusus. "Hal yang akan mengganggu kegiatan membaca teks, jika ada gangguan suara seperti bunyi ponsel," kata dia.
AISHA SHAIDRA
Berita Terpopuler
Dahlan Iskan Lesehan di Acara Film Sepatu Dahlan
Sandra Bullock Tentang Kesuksesan Gravity
Pandji Pragiwaksono: Jojon Guru Besar Saya
Michael Douglas dan Catherine Zeta Batal Bercerai?