TEMPO.CO , Jakarta: Saat-saat menjelang pemilihan umum biasanya ditandai dengan banyaknya order manggung dari partai politik kepada penyanyi. Itu pula yang diharapkan terjadi saat ini, menjelang menjelang pelaksanaan kampanye Pemilu legislatif 9 April dan pemilu presiden Juli nanti.
Namun, penyanyi Yuni Shara merasa ada yang berbeda tahun ini dibanding sebelumnya. "Kalau dulu, sebelum pemilu pun kita sudah diminta untuk mengisi acara partainya jauh-jauh hari. Tetapi sekarang sekarang hampir semua penyanyi belum dihubungi untuk mengisi acara kampanye," ujar Yuni saat ditemui di Kawasan Kemang, Jakarta, Kamis 20 Februari 2014.
Bagi Yuni, tawaran untuk bernyanyi dalam rangkaian kegiatan pemilu sudah sering ia terima. "Kalau (tahun ini) diminta untuk bernyanyi dalam acara pemilu, ya gelem (mau)!. Tapi saat ini sih belum ada tawaran. Saya enggak tahu ini ada urusan dengan KPK atau tidak sehingga yang lain-lain menjadi takut," ujar Yuni.
Perempuan kelahiran Malang, Jawa Timur 3 Juni 1972 ini menilai tawaran untuk menyanyi saat kampanye sebagai rejeki. Tapi, kata dia, jika ada tawaran semacam itu, ia akan lebih memilih yang berasal dari partai yang dianggapnya baik.
Menurut dia, masyarakat Indonesia cenderung berasumsi, saat seorang penyanyi mengisi acara dalam sebuah partai, ia dianggap juru kampanye partai tersebut. "Padahal kita kan hanya mengais rezeki dengan bernyanyi, bukan jadi juru kampanye partai," jelas Yuni.
ANINDYA LEGIA PUTRI
Topik Terhangat
#SaveRisma | Kelud | Roger Danuarta | Jokowi | Anggito |
Berita Terpopuler
Film Drama Romantis, The Right One
Eddie Redmayne Serukan Film untuk Belajar Sejarah
Syahrini Sumbang Bantal untuk Pengungsi Sinabung