Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mantan Wali Kota Yogya Diminta Kembalikan Wayang

image-gnews
Wali Kota Yogyakarta, Herry Zudianto (TEMPO/ Yosep Arkian)
Wali Kota Yogyakarta, Herry Zudianto (TEMPO/ Yosep Arkian)
Iklan

TEMPO.COYogyakarta - Mantan Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto terkena getah kasus korupsi. Dia diminta mengembalikan wayang Kresna yang dulu diberikan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan sebagai tanda mata.

Masalahnya adalah, uang untuk membeli wayang yang terbuat dari kulit itu dari hasil pemotongan honor para seniman. Kasus pemotongan itu menjadi kasus pidana korupsi yang disidangkan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Yogyakarta. "Artinya, uang itu adalah hasil dari tindak pidana korupsi, harus disita atau dikembalikan," kata Muhammad Yusron Rusdiyono, pengacara tersangka kasus itu, Kamis, 20 Februari 2014.

Dalam kasus penyunatan honor para seniman 2010-2011, dua orang ditetapkan menjadi tersangka. Yaitu Sri Sadono Darmosudibyo dan Sardjijana, keduanya kini sudah pensiun.

Kedua orang itu sudah mengembalikan sebesar Rp 47,35 juta. Sisa kerugian Rp 36,750 juta selain untuk membeli wayang Kresna juga digunakan untuk biaya dekorasi pisah-sambut Wali Kota, pentas wayang orang, biaya pisah-sambut Wali Kota dengan IKPM (Ikatan Keluarga Pelajar dan Mahasiswa), bantuan transpor manusia patung dan biaya generator set pisah-sambut dengan Wali Kota, serta sound system pisah-sambut Wali Kota.

Dana atraksi kesenian saat itu sebesar Rp 800 juta. Sebanyak Rp 450 juta untuk honor seniman. Namun tidak semua honor seniman diberikan utuh, melainkan disunat oleh kedua tersangka. Yusron menambahkan, karena uang potongan itu digunakan untuk keperluan kedinasan, uang itu bukan untuk kepentingan pribadi, tapi untuk kepentingan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta. "Apakah terdakwa akan dihukum karena uang itu untuk kepentingan Dinas?" kata Yusron.

Ia menambahkan, jaksa penuntut umum seharusnya juga bertindak dan segera menyita barang-barang yang dibeli dengan uang potongan honor seniman itu. Atas perbuatan memotong dana itu, jaksa mendakwa mereka melanggar Pasal 2 dan 3 Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.

Herry Zudianto, mantan Wali Kota Yogyakarta, tidak mau komentar soal wayang Kresna itu. Ia juga tidak tahu asal usul uang untuk membelikan wayang itu. "Ujudnya seperti apa juga belum tahu, setiap wayang Kresna ada tulisan dari siapa, tapi yang dari Dinas Pariwisata belum ketemu," katanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

MUH SYAIFULLAH

Topik Terhangat
#SaveRisma Kelud Roger Danuarta Jokowi Anggito

Berita Terpopuler
Ratusan Penonton Mulai Antre di Konser MLTR 
Blusukan Baru Acil Bimbo
Joshua Oppenheimer Sedih Tak Bisa ke Indonesia 
Vicky Burki Kesulitan Pelajari Cengkok Minang
Di Balik Album Gajah, Tulus Tetap Indie

 

 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Cerita Wayang Kulit Indonesia yang Digemari di Luar Negeri

20 November 2021

Konvensi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang Pedalangan dan Pewayangan di Yogyakarta, Jumat, 19 November 2021. Tempo/Pribadi Wicaksono
Cerita Wayang Kulit Indonesia yang Digemari di Luar Negeri

Wayang kulit merupakan salah satu karya adiluhung Indonesia telah diakui oleh UNESCO melalui penetapan resmi pada 2003.


Jadi Hiburan, Wayang Potehi pun Digelar dengan Guyonan ala Jawa

21 Januari 2019

Pementasan wayang potehi di Klenteng Sin Tek Bio dalam perayaan Dewa Bumi Hok Tek Ceng Sin, Minggu, 20 Januari 2019 (TEMPO/Bram Setiawan)
Jadi Hiburan, Wayang Potehi pun Digelar dengan Guyonan ala Jawa

Wayang potehi dipentaskan pada 20-21 Januari dalam perayaan ulang tahun Hok Tek Ceng Sin, atau Dewa Bumi untuk kemakmuran dan jasa.


Pesan di Balik Cerita Wayang Kulit pada Ulang Tahun ke-7 NasDem

11 November 2018

Sejumlah artis Ibu Kota dari Partai NasDem berfoto bersama sebelum mendaftarkan diri menjadi bakal calon legislatif (caleg) di kantor KPU, Jakarta, Senin, 16 Juli 2018. NasDem mengajukan 20.391 calon anggota legislatif, mulai tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga DPD, di antaranya artis Nafa Urbach, Tessa Kaunang, Addies Adelia, dan Krisna Mukti. TEMPO/M Taufan Rengganis
Pesan di Balik Cerita Wayang Kulit pada Ulang Tahun ke-7 NasDem

Pertunjukan wayang kulit semalam suntuk ini digelar pada hari ke-2 perayaan ulang tahun NasDem di Karanganyar, Jawa Tengah.


Ulang Tahun NasDem ke-7 Diwarnai Pertunjukan Wayang Kulit

11 November 2018

Ketua Umum Partai Nasdem dan Wakil Presiden Jusuf Kalla hadir dalam acara penutupan pekan orientasi calon legislatif Partai Nasdem di Hotel Mercure Ancol, Jakarta pada Senin, 3 September 2018.  TEMPO/Dewi Nurita
Ulang Tahun NasDem ke-7 Diwarnai Pertunjukan Wayang Kulit

Acara ulang tahun NasDem di Karanganyar, Jawa Tengah, akan ditutup dengan pembekalan calon legislatif partai di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta.


Dalang Favorit Jokowi Meriahkan Pagelaran Wayang di Ultah PDIP

27 Januari 2018

Pagelaran wayang dengan lakon Bima Jumeneng Guru Bangsa yang dihadiri Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dan Mendagri Tjahjo Kumolo di Tugu Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, 27 Januari 2018. TEMPO/Dewi Nurita
Dalang Favorit Jokowi Meriahkan Pagelaran Wayang di Ultah PDIP

Menurut panitia acara pagelaran wayang, Ki Purwo Asmoro yang tampil di acara ulang tahun PDIP ini adalah dalang favorit Presiden Jokowi.


Megawati Soekarnoputri Hadiri Pagelaran Wayang di Tugu Proklamasi

27 Januari 2018

Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri, memotong tumpeng saat menghadiri pagelaran wayang dengan lakon Bima Jumeneng Guru Bangsa di Tugu Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, 27 Januari 2018. TEMPO/Dewi Nurita
Megawati Soekarnoputri Hadiri Pagelaran Wayang di Tugu Proklamasi

Megawati mulai menyukai wayang sejak kecil karena ayahnya, Presiden RI ke-1 Soekarno kerap menggelar pertunjukan wayang di Istana.


Wayang Kulit Ambil Bagian dalam Festival Europalia di Belgia

11 November 2017

Dalang Ki Purbo Asmoro mengajarkan siswa memainkan wayang kulit di Jakarta Intercultural School (JIS) Elementary, Jakarta, 2 November 2017. Tempo/Ilham Fikri
Wayang Kulit Ambil Bagian dalam Festival Europalia di Belgia

Wayang kulit menjadi salah satu benda seni yang dipamerkan dalam rangkaian Festival Europalia Indonesia di museum Kota Binche.


Ada Wayang Kulit dalam Star Trek: Discovery, Karakter Siapa?

26 September 2017

Wayang kulit karakter Gatotkaca hadir di serial Star Trek: Discovery. (Star Trek: Discovery)
Ada Wayang Kulit dalam Star Trek: Discovery, Karakter Siapa?

Ada wayang kulit dalam serial televisi Star Trek: Discovery episode terbaru yang tayang pada akhir pekan lalu.


PT KAI Sumbang Wayang Orang Sriwedari Solo Uang Rp 223 Juta

7 Juli 2017

Dua orang seniman berlakon sebagai Petruk dan Gareng dalam pertunjukan kesenian wayang orang yang berjudul Jayabaya Mukswa di Gedung Wayang Orang Sriwedari, Surakarta (31/3). TEMPO/ Nita Dian
PT KAI Sumbang Wayang Orang Sriwedari Solo Uang Rp 223 Juta

Pada Maret lalu, PT KAI juga menyerahkan bantuan senilai Rp 150 juta untuk gedung kesenian itu.


Opera Ramayana: Murka Rahwana di Hari Raya

3 Juli 2017

Penari Wayang Orang mementaskan Pentas Opera Ramayana pada acara Bakdan Neng Solo di Benteng Vantenburg, Solo, Jawa Tengah, 28 Juni 2017. Pentas tersebut digelar sebagai promosi kota sekaligus diharapkan dapat memberikan hiburan bagi pemudik maupun warga yang berlibur di Kota Solo saat lebaran 2017. ANTARA FOTO
Opera Ramayana: Murka Rahwana di Hari Raya

Lakon Rama Tambak dalam Opera Ranayana ini tak hanya menyuguhkan konflik antar-kerajaan, tapi juga menyelipkan pesan-pesan lingkungan.