TEMPO.CO, Jakarta - Sutradara film The Act of Killing atau Jagal, Joshua Oppenheimer, tentu saja makin bahagia setelah karyanya mendapat penghargaan Film Dokumenter Terbaik BAFTA. Namun, di balik kegembiraannya, dia menyimpan rasa sedih karena tak bisa kembali ke Indonesia saat ini.
“Saya sangat ingin bisa kembali lagi ke Indonesia,” ujar Oppenheimer saat diwawancarai BBC sebelum pemberian penghargaan yang digelar di Royal House London, Ahad, 16 Februari 2014.
Joshua menghabiskan waktu hampir tujuh tahun untuk membuat film yang menceritakan pelaku pembunuhan massal terkait dengan peristiwa 1965. Film ini diputar diam-diam oleh beberapa institusi sebelum menyebar ke ratusan kota di Indonesia.
Pemutaran film ini kerap menuai ancaman dan intimidasi dari berbagai organisasi, termasuk aparat keamanan. Demi keamanan dan keselamatan para co-sutradara dan kru film, Oppenheimer pun menyembunyikan nama-nama mereka.
Oppenheimer menyebut film ini sebagai surat cinta kepada Indonesia. “Satu hal yang paling menyedihkan dari peluncuran film ini adalah ketika saya tidak bisa datang kembali ke sana dengan aman,” ujarnya.
Dalam pidato singkatnya pada malam penghargaan, Oppenheimer mendedikasikan penghargaan ini kepada para co-sutradara dan kru film yang telah mempertaruhkan nyawa dan keselamatannya. Dia mengatakan tak bisa berdiri sendiri untuk menerima penghargaan ini.
Film ini juga masuk nominasi dalam Academy Award dan akan menjadi nomine dalam ajang Oscar yang akan digelar 2 Maret mendatang. Film ini juga banyak mendapat penghargaan dalam berbagai festival film internasional.
BBC | DIAN YULIASTUTI