TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wiendu Nuryanti menyatakan telah berinisiatif untuk membuat film drama tentang kehidupan Sukarno dan keluarga semasa pengasingan di Ende. Film bertajuk Ketika Bung di Ende ini diklaim sebagai film tentang Sukarno dengan tingkat kebenaran yang sangat tinggi karena didasarkan pada riset dan penelitian dokumen.
"Dibuat dalam bentuk dokumen drama supaya lebih menarik. Harapannya dapat diputar terus untuk setiap orang, khususnya siswa, agar mengetahui sejarah yang benar," kata Wiendu di Istana Wakil Presiden, Senin, 17 Februari 2014.
Film dengan durasi 120 menit ini menampilkan Sukarno muda yang diperankan Baim Wong. Film garapan sutradara Viva Westi ini juga menggandeng aktris kawakan Paramitha Rusady sebagai Inggit Ganarsih, Ninik Karim sebagai Amsi, dan aktor Tio Pasukadewo sebagai pejuang.
Wiendu menyatakan Kementerian berharap film tersebut juga dapat terus diputar di salah satu situs sejarah Sukarno di Ende, yaitu rumah pengasingan. Film ini juga diklaim telah diputar di lima universitas dan telah dipesan 15 universitas yang lain. Akan tetapi, Wakil Menteri bidang Kebudayaan ini tak mendetailkan nama universitas peminat film tersebut. "Harapannya semangat perjuangan dapat selalu dikenal dan menginspirasi para siswa," kata Wiendu.
Selain pemutaran di universitas, Kemendikbud berencana untuk menjadikan film ini dalam bagian pemutaran film keliling ke daerah-daerah terpencil. Kementerian akan membuat bioskop keliling yang terbuka bagi masyarakat dan pelajar. Akan tetapi, ia kembali tak mendetailkan wilayah daerah terpencil yang menjadi target.
Di Ende sendiri, ada 10 situs bersejarah dari Sukarno yang memiliki kisah pada masa pengasingan. Dua situs telah dipugar dan dibangun Yayasan Ende Flores, yaitu rumah pengasingan dan Taman Rendo. Delapan situs lainnya akan dipugar Kemendikbud. Pertama, pelabuhan lokasi pendaratan kapal pengangkut Sukarno. Di pelabuhan ini, Sukarno dan keluarga mendarat dari kapal barang KPM Jan van Riebeeck.
Kedua, pos militer sebagai tempat militer Belanda mengawal dan mengawasi Sukarno selama pengasingan. Ketiga, Masjid Ar-Rabithah tempat Sukarno mengikuti salat Jumat. Keempat, Katedral Ende yang menjadi tempat Sukarno mengembangkan pengetahuan dan relasi. Di tempat ini juga ia menjalin kerja sama dan persahabatan dengan pastor. (Baca: Viva Westi Garap Film Soekarno)
Kelima, gedung pertunjukan Immaculata atau percetakan Nusa Indah, tempat pementasan tonil drama karya Sukarno dengan beberapa masyarakat lokal. Selama pengasingan, Sukarno setidaknya menghasilkan 13 karya drama.
Keenam, Rumah Pastoran Katedral Ende yang juga menjadi tempat Sukarno meminjam buku pengetahuan dan berinteraksi dengan para pastor. Ketujuh, bekas Toko De Leew yang menjadi tempat Sukarno menitipkan surat untuk dikirim ke Jawa. Kedelapan, Makam Amsi yang merupakan tempat mertua Sukarno atau orang tua Inggit Ganarsih dimakamkan karena meninggal saat pengasingan.
FRANSISCO ROSARIANS
Berita Terpopuler
Siapa Sebenarnya Sosok Ustad Hariri?
Roger Danuarta Masih Tak Sadar Saat Ditemukan
Roger Danuarta Positif Pakai Heroin
Kasus Narkoba, Roger Danuarta Ditangkap Polisi
Gus Solah: Hariri Tak Pantas Dipanggil Ustad