TEMPO.CO, Klaten - Dalang muda asal Klaten Ki Purwacarita akan membawakan pertunjukan wayang kulit dengan lakon Kakawin Sutasoma. Cerita wayang itu diambil dari dua kitab kuno, yaitu kitab Sutasoma karya Mpu Tantular dan kitab Centakapurwa.
Dalang bernama asli Arif Hartata tersebut mengaku sudah melakukan riset cukup lama. "Saya mulai mempelajari dua kitab itu secara intensif sejak dua tahun lalu," katanya, Sabtu, 8 Februari 2014. Kitab yang terbuat dari lontar itu saat ini tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
Purwacarita mengaku sangat tertarik mementaskan lakon di luar epik Ramayana dan Mahabharata itu lantaran jarang dipentaskan oleh dalang lain. "Bahkan setahu saya memang belum pernah ada," kata dalang berusia 29 tahun ini.
Cerita di dua naskah tersebut, menurut dia, juga sarat dengan pesan moral. "Kitab ini juga menjadi simbol pemersatu bangsa," katanya. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang digunakan Indonesia juga bersumber dari kitab tersebut.
Dalam pementasan yang akan digelar di pertengahan Februari tersebut, Purwacarita tidak akan membuat wayang-wayang baru. "Akan menggunakan wayang dengan karakter yang sudah ada," katanya. Menurutnya, kitab tersebut memberikan penggambaran karakter para tokohnya dengan cukup lengkap.
Purwacarita berjanji bakal menyuguhkan sajian yang berbeda. Selain mengenakan beskap yang dihiasi lukisan karya Guh S Mana, pertunjukan itu juga akan didokumentasikan oleh lima pelukis yang memiliki aliran berbeda.
Pertunjukan wayang kulit Kakawin Sutasoma rencananya akan digelar di kediamannya, di Trucuk, Klaten, Jawa Tengah. Pertunjukan itu digelar bertepatan dengan peringatan seribu hari meninggalnya ibunda Purwacarita.
AHMAD RAFIQ