TEMPO.CO, Jakarta -Kota yang makin sesak dan sempit untuk penduduknya bertahan menjadi ide bagi koreografer Yola Yulfianti berkarya. Dalam koreografi berjudul Story of Kampoong Johar, dia membeberkan situasi kampung yang dikenal sebagai kampung tempat tawuran.
Koreografi itu disajikan saat pembukaan pameran seni kontemporer Martel Challenging Boundaries, Senin,3 Februari 2014. Sebuah kotak berukuran 2x1x1 meter, kotak bagian luar penuh dengan tempelan gambar foto hasil rekaman perjalanan Yola. Perjalanan lulusan Institut Kesenian Jakarta menuju Kampung Johar, Jakarta Pusat dan proses berkreasi dalam proyeknya,Jakarta Art Movement. Sebuah proyek mengenalkan seni kepada anak-anak muda di kampung itu.
Yola mengatakan idenya muncul ketika dia datang ke Kampung Johar, selalu tersesat di gang-gang yang sempit di antara rumah-rumah sempit yang berhimpitan. “Sampai sekarang masih sering nyasar,” ujarnya kepada Tempo.
Dari sana dia belajar, warga kampung bertahan hidup di sesaknya rumah mereka. Bagaimana mereka hidup dalam keseharian sampai urusan tidur. “Diatur juga, sebenarnya diatur baik juga. Gantian berdasar umur untuk tidur,” ujarnya.
Saat mengerjakan proyek itu, dia juga belajar di India. Melihat situasi salah satu kota dengan kondisi yang nyaris sama. Rumah yang kecil dan sempit dengan penduduk yang padat. Dari sanalah kemudian dia mengeksplorasi dalam gerak koreografi yang ditampilkan malam itu dengan bantuan tiga penampil.
Baca Juga:
Di kotak yang berdiri itu, tiga penampil berposisi tidur miring- melungker, berdiri menyandar di salah satu dinding dan seorang yang lain berdiri menggapai pojok kotak tersebut. Dengan iringan suara seperti detak jam, mereka mengubah posisi. Bersusah payah, saling mengisi ruang yang sempit itu.
Berhimpitan satu sama lain, mencari sisa ruang dengan meliuk atau melempangkan badan. Seorang penampil lalu mulai memanjat bagian luar dan bergerak di bagian atap. Sementara dua lainnya masih berebut ruang yang sedikit longgar. Para penampil hampir tak keluar dari kotak sempit itu. Bergerak, mencari ruang dan kesempatan untuk tetap bertahan.DIAN YULIASTUTI