TEMPO.CO, Jakarta - Lima seniman berpameran bersama dalam sebuah pameran seni kontemporer Martel berjudul Challenging The Boundaries. Kelima seniman tersebut adalah Edwin Raharjo—seniman kinetik, Yani Mariani—seniman patung dan instalasi, Nia Gautama—seniman keramik kontemporer, Lenny Ratnasari—seniman patung dan instalasi, serta Yola Yulfianti—koreografer, penari, dan pembuat film.
Kelima seniman ini memamerkan karya mereka di lantai dasar mal Kuningan City pada 3-9 Februari 2014. Pameran dikuratori oleh Bambang Asrini Widjanarko. “Tema ini menyesuaikan dengan para seniman yang berbeda disiplin seni, tetapi karya mereka melampaui batas-batas disiplin mereka,” ujar Bambang saat konferensi pers dan pembukaan pameran di Kuningan City, Senin, 3 Februari 2014.
Dia mencontohkan Edwin, seorang arsitek, desainer interior, serta hobi fotografi, justru menyajikan seni instalasi yang bekerja secara mekanis. Karyanya berupa instalasi yang hampir menyerupai serangga bersayap yang berjudul Floating Fleets dan Light Rythm. “Idenya dari cumi-cumi yang bergerak melayang, tapi saya tidak bermaksud menunjuk pada binatang apa pun,” ujar Edwin.
Karya lain yakni manekin-manekin berbalut warna kuning dan hitam, seperti garis polisi. Karya Lenny Ratnasari ini diberi judul Iceberg 2-10, Demarcation. Karya ini dimaksudkan sebagai pelambang batas individu dalam hal apa pun. “Masing-masing punya aturan, demikian pula tubuh kita. Ada garis batas supaya tidak menyeberang, ini lambang untuk saling menghormati,” ujar Lenny.
Karya Yani berupa rangkaian tali dan kristal yang digantung pada sebuah besi kotak. Terlihat seperti rinai hujan yang jatuh di pasir. Sedangkan Nia memamerkan keramik berisi padi yang digantung di atas hamparan beras dan botol-botol kosong Martel. Adapun Yola menyajikan foto-foto hasil rekaman dari proyek Jakarta Art Movement dan koreografinya.
DIAN YULIASTUTI