TEMPO.CO, Jakarta -- Kelompok musik rock The S.I.G.I.T. mengaku tidak ingin bergabung dengan label besar. Band ini mengaku lebih suka menjadi band indie. "Sempat ditawarin label (besar) sih, tapi kami keberatan dengan isi kontraknya," kata Farri, sang gitaris, dalam acara konferensi pers "40 Tahun Erros Djarot Berkarya" di Galerie Indonesia Kaya, Jakarta, Rabu, 29 Januari 2014.
Menurut Farri, kontrak pada label musik yang besar terkesan membatasi kreativitas mereka sebagai musikus. "Itu memberatkan kami. Kami itu bermusik didasari rasa suka. Kalau terpaksa, malah tidak berkah jadinya," kata lulusan S-2 Institut Teknologi Bandung ini.
Walau masih tetap berlabel indie, Farri dan kawan-kawannya tetap bisa melebarkan sayapnya di dunia musik dalam dan luar negeri. Buktinya, setelah album pertama, Visible Idea of Perfection, keluar, The S.I.G.I.T berhasil mencuri perhatian khalayak ramai yang bukan pendengar Indonesia saja.
Mereka cukup dikenal di Australia dan Amerika Serikat. Lagu-lagu berbahasa asing milik mereka sangat disukai penggemarnya. Terutama ketika dinyanyikan di berbagai panggung dunia, seperti Hong Kong, Macau, dan Singapura. Meski begitu, The S.I.G.I.T enggan dibilang sudah go international. "Waduh, kalau go international itu kayaknya terlalu berlebihan," kata Farri, merendah.
MITRA TARIGAN