TEMPO.CO, Jakarta - Kegelisahan novelis Okky Madasari terhadap kepekaan anak muda di negeri ini membuatnya membangun sebuah gerakan yang dinamai Barisan Pengingat. Gerakan ini diciptakan untuk mengingatkan generasi muda akan banyaknya kasus pelanggaran hak asasi manusia serta ketidakadilan di masyarakat.
"Saya masih muda. Saya melihat teman-teman di sekitar saya. Kami tumbuh sebagai generasi yang tidak tahu apa apa. Kami tumbuh menjadi generasi yang dilumpuhkan. Generasi yang dibuat tidak peduli apa-apa," kata Okky, saat ditemui di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat, Selasa 28 Januari 2014.Hidup pada masa keterbukaan, Okky menilai akses yang serba mudah disertai dengan kecanggihan teknologi membuat kepekaan anak muda terhadap kondisi sekitar hilang, terutama peristiwa yang sudah lewat tapi belum sepenuhnya tuntas. "Saat ini, kita menemukan musuh baru, yaitu informasi melimpah dan teknologi."
Anak muda banyak disibukkan oleh gadget dan banyaknya urusan pribadi mereka. "Semua sibuk dengan kata-kata motivasi dan ilusi."
Lewat gerakan yang diusungnya ini, Okky memanfaatkan ruang budaya untuk dijadikan media pengingat bagi pemuda tentang banyak peristiwa, antara lain lewat dinding berisi puisi.
Ini merupakan salah satu bentuk pemanfaatan tembok-tembok di ruang publik yang dipenuhi gambar mural berupa kutipan puisi sastrawan, seperti Rendra dan Widji Tukul. Dinding berpuisi ini dibuat oleh komunitas Serrum, yang ikut terlibat dalam gerakan Barisan Pengingat. "Dinding ini merupakan bentuk perlawanan atas dikuasainya ruang publik oleh kekuatan politik dan bisnis," kata Okky.
AISHA