Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Hanung Terpilih Sutradara Terbaik Versi Tempo  

Editor

Alia fathiyah

image-gnews
Ketua Taruna Merah Putih (TMP) Maruarar Sirait (kanan) bersama sutradara film Soekarno Hanung Bramantyo saat nonton bareng film Soekarno di Jakarta (20/12).  ANTARA/Dhoni Setiawan
Ketua Taruna Merah Putih (TMP) Maruarar Sirait (kanan) bersama sutradara film Soekarno Hanung Bramantyo saat nonton bareng film Soekarno di Jakarta (20/12). ANTARA/Dhoni Setiawan
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Orang-orang tua itu sangat kurus. Demikian kurus tubuh mereka, hingga seolah-olah tinggal tulang-belulang. Tak ada daging yang menempel. Mereka bekerja mengangkut dan memecah batu-batu. Semuanya sangat sengsara. Siang itu, mereka tampak dipaksa bekerja di suatu daerah yang terkesan sebagai perbukitan kapur yang gersang.

Hanung Bramantyo--sang sutradara--tampak punya perhatian terhadap detail lokasi. Adegan romusha itu hanya sekilas, tapi cukup dramatis. Pemilihan para orang tua untuk memerankan figuran pekerja itu juga diperhitungkan sekali. Bila diperhatikan, Hanung banyak menggunakan orang tua uzur di sana-sini untuk menjadi figuran, dari warga desa biasa sampai pengikut pesantren. Mungkin untuk keperluan ini ia meminta agensi di Yogya mencari petani-petani tua ke sudut-sudut Yogya. Hal-hal kecil ini perlu untuk menghidupkan film.

Soekarno adalah film kolosal. Banyak tantangan yang harus dihadapi Hanung. Syutingnya selama 70 hari, termasuk lama. Mula-mula Hanung harus mampu mengembalikan suasana zaman. Sekali set kelihatan tidak masuk akal, film akan jatuh. Sekali aktor-aktor utama terlihat melenceng aktingnya, film akan jeblok.

Untuk set cukup berhasil. Lorong-lorong, jembatan, dinding-dinding, dan kendaraan-kendaraan dalam adegan yang berlokasi di Surabaya, Bengkulu, sampai Jakarta--secara umum--terasa tidak janggal. Kita bahkan bisa menilai tingkat realisme set jauh lebih maju dibanding film-film Hanung sebelumnya, seperti Sang Pencerah, apalagi Ayat-ayat Cinta.

Menurut Hanung, sebelum syuting, ia melakukan napak tilas dari Blitar, Bengkulu, sampai bekas rumah H.O.S. Cokroaminoto di Surabaya. Saat ia datang ke penjara Banceuy, Bandung, penjara itu sebagian besar sudah berubah menjadi mal. Hanung memutuskan 90 persen syuting dilakukan di Jawa Tengah (Yogya, Semarang, Klaten, dan Ambarawa) dan 10 persen di Bogor. Hanung mengatakan banyak kesulitan untuk menyewa tempat syuting. Mau tak mau ia harus menyiasati bujet. ”Seperti rumah Bengkulu. Untuk apa syuting di sana, sementara saya hanya membutuhkan lima scene?” katanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Akan halnya untuk urusan aktor, Hanung lumayan dalam casting pemain. Pemeran Sukarno, Hatta, Inggit, dan Fatmawati bermain cukup baik. Dan mereka setara. Aktor yang biasanya tampil di sinetron bisa bermain mengimbangi mereka yang banyak asam garam di dunia film. Akting pemeran Fatmawati, Tika Bravani, yang sebelumnya dikenal sebagai pemain sinetron Bidadari-bidadari Surga, misalnya, ternyata cukup mencuri perhatian. Itu tentu akibat kemampuan Hanung mengarahkan.

Yang paling penting, Hanung tahu ke mana ia mengarah. Ujung film ini akhirnya adalah proklamasi. Seluruh drama percintaan Sukarno dengan Inggit dan Fatmawati serta semua konflik Sukarno dengan pemuda digeret klimaksnya ke arah sana. Film ini cukup berfokus.
 
Dramaturgi Hanung sesungguhnya konvensional. Film ini adalah biopik--film biografi yang linier. Ia merangkak dari masa kecil Sukarno ke periode magang di Cokroaminoto, kemudian masa-masa Sukarno menjadi tokoh PNI, saat ia mulai mempengaruhi massa dengan pidato-pidatonya, diasingkan ke Bengkulu, lalu mulai berhubungan dengan Jepang. Struktur film Hanung biasa. Ada awal, konflik, lalu resolusi. Namun, Hanung cukup menjaga ritme dramaturgi. Adegan demi adegan mengalir tak tersendat-sendat. Dari masa kecilnya meloncat ke Sukarno sang aktivis, kita tak terganggu. Kepekaan ini membuat Soekarno secara keseluruhan adalah film kolosal yang cukup enak ditonton.

ALIA | MAJALAH TEMPO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Bamsoet Dukung FKPPI Produksi Film Anak Kolong

13 jam lalu

Bamsoet Dukung FKPPI Produksi Film Anak Kolong

Bambang Soesatyo mengungkapkan, keluarga besar FKPPI akan segera memproduksi atau syuting film "Anak Kolong".


Angkat Isu Pelecehan, Film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa Segera Tayang di Bioskop

1 hari lalu

Poster film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa. Foto: Instagram Hanung Bramantyo.
Angkat Isu Pelecehan, Film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa Segera Tayang di Bioskop

Hanung Bramantyo sebelumnya bimbang hendak ditayangkan di mana film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa lantaran mengangkat isu sensitif.


Peluncuran Ulang Film The Beatles 'Let it Be' Didahului Perilisan Buku 'All You Need Is Love'

6 hari lalu

The Beatles. Foto: Instagram/@thebeatles
Peluncuran Ulang Film The Beatles 'Let it Be' Didahului Perilisan Buku 'All You Need Is Love'

Buku tentang The Beatles diluncurkan menjelang rilis ulang film Let It Be


Next Stop Paris, Film Romantis Hasil Kecanggihan AI

8 hari lalu

Cuplikan trailer Next Stop Paris, film hasil AI Generatif buatan TCL (Dok. Youtube)
Next Stop Paris, Film Romantis Hasil Kecanggihan AI

Produsen TV asal Cina, TCL, mengembangkan film romantis berbasis AI generatif.


7 Rekomendasi Film Fantasi yang Terinspirasi dari Cerita Legenda dan Dongeng

9 hari lalu

Poster film The Green Knight. Foto: Wikipedia.
7 Rekomendasi Film Fantasi yang Terinspirasi dari Cerita Legenda dan Dongeng

Film fantasi yang terinspirasi dari cerita legenda dan dongeng, ada The Green Knight.


8 Film Terbaik Sepanjang Masa Berdasarkan Rating IMDb

11 hari lalu

Mansion di film The Godfather (Paramount Picture)
8 Film Terbaik Sepanjang Masa Berdasarkan Rating IMDb

Untuk menemani liburan Idul Fitri, Anda bisa menonton deretan film terbaik sepanjang masa berdasarkan rating IMDb berikut ini.


Christian Bale Berperan dalam Film The Bride sebagai Monster Frankenstein

13 hari lalu

Aktor Christian Bale menghadiri pemutaran perdana film terbarunya, `Exodus:Gods and Kings` di Madrid, Spanyol, 4 Desember 2014. REUTERS
Christian Bale Berperan dalam Film The Bride sebagai Monster Frankenstein

Christian Bale menjadi monster Frankenstein dalam film The Bridge karya Maggie Gyllenhaal


7 Film yang Diperankan Nicholas Galitzine

15 hari lalu

Film The Idea of You. (dok. Prime Video)
7 Film yang Diperankan Nicholas Galitzine

Nicholas Galitzine adalah seorang aktor muda yang sedang melesat, Galitzine telah membuktikan dirinya sebagai salah satu bintang muda yang paling menjanjikan di industri hiburan.


Deretan Film yang Pernah Dibintangi Babe Cabita

15 hari lalu

Babe Cabita. Foto: Instagram/@noah_site
Deretan Film yang Pernah Dibintangi Babe Cabita

Selain terkenal sebagai komika, Babe Cabita juga pernah membintangi beberapa judul film, berikut di antaranya.


5 Fakta The First Omen, Lanjutan Film Horor Klasik Tahun 1976

17 hari lalu

The First Omen. Foto: Istimewa
5 Fakta The First Omen, Lanjutan Film Horor Klasik Tahun 1976

The First Omen adalah prekuel dari film horor supernatural klasik 1976 The Omen. The Omen mengungkap konspirasi setan yang melibatkan Pastor Brennan, Pastor Spiletto, dan Suster Teresa, yang rela mengorbankan nyawanya untuk melindungi Damien.