TEMPO.CO, Jakarta - Ada misi besar dan pesan utama yang ingin disampaikan dalam pembuatan film Eyang Subur. Hal tersebut disampaikan Toto Hoedi, sang sutradara dan juga produser film tentang Eyang Subur.
Mantan penyiar radio yang pernah membuat tiga film (Horor, Capres dan Hantu Aborsi) ini mengaku, sama sekali tidak akan membahas kasus yang sempat melibatkan Eyang Subur dengan beberapa pihak, seperti Adi Bing Slamet cs.
Toto Hoedi menjelaskan, sejak awal ketika diminta menyutradarai film tentang Eyang Subur, ia merasa punya misi tertentu untuk menggarap film ini menjadi tayangan yang bermutu.
"Saya ngobrol dengan Mas Alam (Ramdan Alamsyah, kuasa hukum Eyang Subur) bahwa tidak akan mengangkat kasus perseteruannya."
Ia melihat banyak hal menarik diangkat menjadi cerita setelah bertemu Eyang Subur. "Saya merasa sosok Eyang dari kecil hingga dewasa sampai sekarang itu sangat menarik dan kenyataan. "
Selain itu, ia menemukan banyak hal menarik di luar kasus yang bisa diangkat sebagai cerita filmnya ini, Toto mencoba memposisikan masalah setelah munculnya fatwa MUI terkait kasus Eyang Subur.
Menurut dia, kasus ini punya kontribusi kuat terhadap munculnya fatwa. "Sebelumnya, kita belum pernah mendengar bahwa istri harus dibatasi empat," ujarnya. Toto yakin, dengan peristiwa ini masyarakat mendapat hikmah dan tidak mau memiliki istri lebih dari empat.
AISHA
Baca juga:
Fitri Tropica Isi Suara Film Madagascar 3
Street Society, 'Fast and Furious' ala Indonesia
Denada Masih Andalkan Mama