Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tumpak Wayang Tandai Festival Wayang Internasional  

image-gnews
Bupati Gianyar Anak Agung Gede Agung Baratha menancapkan kayu sebagai tanda dimulainya Festival dan Seminar Wayang Internasional. TEMPO/Rofiqi Hasan
Bupati Gianyar Anak Agung Gede Agung Baratha menancapkan kayu sebagai tanda dimulainya Festival dan Seminar Wayang Internasional. TEMPO/Rofiqi Hasan
Iklan

TEMPO.CO, Ubud - Rumah Topeng dan Wayang di Banjar Tegal Bingin, Sukawati, Gianyar, Bali,Sabtu sore, 20 Juli 2013, menyelenggarakan pre-event Festival dan Seminar Wayang Internasional. Acara ditandai penancapan kayon atau gunungan, yang dilanjutkan dengan pagelaran wayang dengan tokoh dalang Bali Nyoman Sija. Acara ini bersamaan dengan hari Tumpak Wayang yang dikenal dalam kehidupan masyarakat Hindu Bali. Hadir pula Bupati Gianyar Anak Agung Gede Agung Baratha.

“Ini semacam pemanasan sebelum kami menyelenggarakan festival wayang tingkat dunia yang akan diikuti 10 negara,” kata Agustinus Prayitno, pengelola Rumah Topeng dan Wayang kepada Tempo.

Prayitno menjelaskan, ajang internasional untuk festival wayang patut diselelenggarakan untuk melesatarikan warisan budaya, seperti yang sudah diakui UNESCO. “Rumah Topeng dan Wayang yang kami dirikan, antara lain dengan tujuan pelestarian budaya, memberanikan diri menjadi tuan rumah penyelenggaraan festival tingkat dunia,” ujarnya.

Festival akan diselenggarakan pada 22-27 September 2013. Sejumlah Negara yang sudah memastikan ikut serta, di antaranya, Jepang, yang akan menampilkan wayang Bunraku; Iran (wayang Kheimed Shad); Philipina (wayang Usbong Baelajon); Malaysia (wayang Trenggano Cendayu). Ada pula wayang Cina, India, dan Thailand.

Dari dalam negeri akan tampil utusan dari berbagai daerah, seperti wayang golek Betawi, wayang beber, Gung Kidul dan Wonosari, wayang potehi dari Ngggudo, Jombang dan Semarang, wayang Sasak (Lombok), dan tentu saja wayang Bali.  Berbagai acara akan mengisi kegiatan festival, seperti seminar dan workshop tentang pewayangan,

Prayitno juga mengatakan, Rumah Topeng dan Wayang yang memiliki koleksi sekitar 5 ribu wayang dan 1.300 topeng, dari berbagai daerah di Indonesia dan sejumlah negara, mengambil inisiatif untuk menyelenggarakan festival wayang tingkat dunia.

Festival wayang internasional melibatkan dua tokoh budaya, yang juga pakar dalam dunia pewayangan, yakni Prof. Dr. Nyoman Sedana dari Institur Seni Indonesia (ISI) Denasar, serta Prof. Dato Dr. Ghulam Sarwar Yousof dari Malaysia. Keduanya menjadi pengarah bersama Prayitno, dan Hadi Sunyoto sebagai penggagar dan pemilik Rumah Topeng dan Wayang.

Sedana memaparkan tiga alasan penting mengapa seminar dan festival wayang internasional diselenggarakan. Ketika UNESCO mendeklarasikan wayang sebagai karya agung budaya dunia, Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity, pada 17 November 2003, UNESCO mengkaji ada 5 unsur seni yang diintegrasikan dalam wayang, yakni sebagai seni cipta dan konsepsi; seni cipta sanggit atau sastra, atau kawi dalang; seni karya pahat dan lukisan; seni pertunjukan; dan seni widya filsafat dan pendidikan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain itu, kata Sedana, merujuk isi Lontar Siwagama Para Dewa, Sang Hyang Trisemaya mengawali kesenian Purwaning Kalangwan untuk menetralisir huru-hara dan prahara yang sedang mengancam keselematan dunia yang, konon disebabkan oleh tergelincirnya sifat kedewataan Sugra Pakulun Ida Betara Sakti Siwa Parwatiswara, yang terjerat atau terpleset ke dalam kubangan atau belenggu sifat-sifat kegelapan.

“Untuk mengembalikan kemuliaan dari belenggu kegelapan, hanya bisa diruwat dengan nilai atau unsur keindahan seni sehingga beliau (Sugra Pakulun Ida Betara Sakti Siwa Parwatiswara), bisa kembali pada kemulyaan sifat kewetaan,” ucap Sedana.

Atas dasar itulah, kata sedana pula, huru-hara dan prahara yang melanda dunia saat ini perlu pula diruwat melalui ajang-ajang budaya dan seni, seperti seminar dan festival wayang. Beragam prahara melanda dunia, seperti bencana alam maupun bencana manusia dari kegelapan sifat-sifat serakah, global warming dan labilnya iklim politik, ekonomi, sosial, dan buadaya, yang dikendalikan oleh teknologi komunikasi kapitalisme global. “Para elit sudah melakukan berbagai pendekatan, baik kuhum, politik, agama dan ekonomi, tetapi  masalah justru semakin banyak,” tutur Sedana.

Itulah sebabnya, kata sedana pula, “Mengapa kami mencoba melakukan pendekatan dengan estetika budaya, meniru Sanghyang Trisemaya mengelar karya seni wayang, meniru Dewa Brahma menggelar topng, Dewa Wisnu Telek, Sanghyang Caturlokapala Gender.”

Sedana memaparkan bahwa melalui pengalaman estetika wayang dan kesenian terkait serta pemahaman nilai-nilai adiluhung dan adiluhur yang dikandungnya, dan diaktifkan selama festival, “Kami maksudkan untuk menggali kearifan sekarang demi kemuliaan masa depan.”

Melaui ajang festival bersala internasional, Sedana berharap agar budaya Bali, khusunya, bergerak menuju Glow Bali session, era bersinarnya Bali, sehingga Bali dapat menjadi cahaya dunia dan Bali menjadi episentrum seni budaya kolaboratori.

JALIL HAKIM | ROFIQI HASAN

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


3 Festival Budaya Jepang yang Terbesar di Negeri Sakura

24 hari lalu

Puluhan ribu warga berpartisipasi dalam Festival Kanda Matsuri, Tokyo. Foto: @tokyoartsandculture
3 Festival Budaya Jepang yang Terbesar di Negeri Sakura

Tiga festival budaya Jepang terbesar yang dirayakan di tanah Jepang.


Festival DONGDALA Budaya Desa Hadirkan Apresiasi Desa Budaya

21 Desember 2023

Festival DONGDALA Budaya Desa Hadirkan Apresiasi Desa Budaya

Festival ini menjadi langkah awal dalam menumbuhkan kepedulian terhadap budaya dan melestarikannya untuk generasi mendatang.


Bupati Keerom Minta Festival Budaya Terus Berkembang

28 November 2023

Bupati Keerom Minta Festival Budaya Terus Berkembang

Pemerintah Kabupaten Keerom melaksanakan Festival Budaya Keerom Ke VIII yang dilaksanakan di Lapangan Sepak Bola Swakarsa


Kaodhi'en, Festival Ketahanan Pangan Lereng Argopuro Desa Klungkung

21 November 2023

Kaodhi'en, Festival Ketahanan Pangan Lereng Argopuro Desa Klungkung

Ketahanan Pangan sebagai Modal Utama Dalam Implementasi Program Pemajuan Kebudayaan Desa" dan Galang Gerak Budaya Di Kawasan Tapal Kuda


Euforia Meriah Festival Seni Budaya Kabupaten Keerom

6 November 2023

Euforia Meriah Festival Seni Budaya Kabupaten Keerom

Ribuan masyarakat Kabupaten Keerom tumpah ruah memadati Lapangan Sepakbola Swakarsa, Arso, dalam memperingati Festival Seni Budaya dan Persembahan Hasil Bumi Klasis GKI Keerom, Senin, 6 November 2023.


Inilah Festival Budaya Terpanjang di Dunia, 75 Hari Nonstop

17 Oktober 2023

Festival budaya Bastar Dussehra di India (utsav.gov.in)
Inilah Festival Budaya Terpanjang di Dunia, 75 Hari Nonstop

Festival budaya Bastar Dussehra sudah berusia lebih dari 600 tahun di India Tengah, dimulai oleh keluarga kerajaan.


Melihat Ritual Besoq Gong dalam Perayaan 116 Tahun Desa Wisata Bonjeruk

24 September 2023

Festival Budaya Besoq Gong di Desa Wisata Bonjeruk, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.Dok. BPPD NTB
Melihat Ritual Besoq Gong dalam Perayaan 116 Tahun Desa Wisata Bonjeruk

Tradisi Besoq Gong di Desa Wisata Bonjeruk merupakan salah satu warisan budaya Sasak yang kaya dan unik.


Perayaan Korea Culture & Travel Festival 2023 Akan Hadir di 3 Kawasan Jakarta

27 Agustus 2023

Haeundae Beach, salah satu pantai yang populer di kota Busan. Selain jadi tujuan bisnis dan MICE, Busan juga menjadi kota wisata leisure. Foto: @the.rhodes.we.travel
Perayaan Korea Culture & Travel Festival 2023 Akan Hadir di 3 Kawasan Jakarta

Penggemar budaya Korea bisa menikmati pilihan kegiatan menarik, hingga mendapatkan harga promosi tiket wisata ke Korea di festival itu.


Festival LGBT Korea Selatan Dihadiri Puluhan Ribu Orang

2 Juli 2023

Peserta Festival Budaya Queer Seoul memegang bendera pelangi besar saat parade di Seoul, Korea Selatan, 1 Juli 2023. REUTERS/Minwoo Park
Festival LGBT Korea Selatan Dihadiri Puluhan Ribu Orang

Penyelenggara acara LGBT memperkirakan sekitar 35.000 orang mengikuti pawai tersebut.


Milad ke-215, Nantikan Kirab Agung Kasultanan Kacirebonan

10 Maret 2023

Pembukaan Festival Budaya 2023 memperingati Milad ke-215 Kasultanan Kacirebonan
Milad ke-215, Nantikan Kirab Agung Kasultanan Kacirebonan

Festival ini akan berlangsung selama 5 hari pada tanggal 9 -13 Maret 2023 di lingkungan Keraton Kacirebonan di Kota Cirebon, Jawa Barat.