TEMPO.CO , Malang:Sekitar 20 ribu dari 75 ribu keping piringan hitam (PH) milik studio rekaman legendaris Lokananta di Solo terancam rusak karena tidak terawat dengan baik. Piringan-piringan hitam ini tanpa sampul atau pembungkus.
Salah seorang pendiri Komunitas Pecinta Kajoetangan (Kapeka) sekaligus Ketua Galeri Malang Bernyanyi (GMB) Hengki Herwanto mengatakan, kondisi memprihatinkan itu mereka ketahui saat mengunjungi Lokananta pada akhir April lalu. Sepulang dari Lokananta, GMB mengadakan Gerakan Pelestarian Budaya Bangsa untuk Lokananta.
"Gerakan ini baru sepuluh hari berjalan. Kami tidak mau muluk-muluk seperti banyak wacana penyelamatan Lokananta tanpa aksi nyata. Kami mulai dari hal sederhana yang paling mudah dikerjakan dulu, yakni membuatkan cover atau pembungkus PH," kata Hengki kepada Tempo di sekretariat GMB di Jalan Puncak Borobudur Perumahan Griya Shanta Blok G-407, Kota Malang, pada Ahad, 23 Juni 2013.
GMB mengumpulkan donasi sebesar Rp 2.000. Aksi ini dinamakan G-2000. Menurut Hengki, menyumbang lebih dari Rp 2 ribu tidak dilarang. Besaran minimal donasi disesuaikan dengan biaya pembuatan sampul per PH yang hanya Rp 2 ribu atau total Rp 40 juta untuk menyampuli 20 ribu PH yang "bugil" itu.
Jumlah donasi belum banyak terkumpul karena GMB masih mengandalkan pengumpulan donasi dari para pengunjung GMB. Hengki dan kawan-kawan sedang mempertimbangkan rencana membuka rekening untuk menampung donasi agar jumlah donasi yang dibutuhkan cepat terkumpul dari Lokananta segera terbantu.
Bantuan untuk Lokananta disalurkan bertahap dalam bentuk sampul ukuran besar, sedang, dan kecil. GMB akan menyalurkan bantuan tiap kali mendapat donasi sebanyak Rp 2 juta atau setara 1.000 sampul. Sampul-sampul ini akan dibuat antara di Malang atau di Solo.
"Membuat sampulnya gampang. Soal tempat pembuatannya di Malang atau di Solo, ya nanti kami rundingkan lagi," ujar bekas wartawan majalah Aktuil itu.
Selain PH, kekayaan Lokananta yang harus segera diselamatkan adalah ribuan master rekaman yang tersimpan dalam ruangan yang tidak terawat dengan baik. Banyak sekali master yang disimpan di rak terbuka tanpa pengaman. Saat dikunjungi, tim GMB juga ditunjukkan gudang penyimpanan gamelan Kyai Sri Kuncoro Mulyo. Gudang ini terkesan sangat kusam akibat tidak terawat dengan baik.
Namun, Hengki sangat bisa memaklumi kondisi memprihatinkan itu karena pengelola Lokananta nyaris kehabisan biaya perawatan dan operasional. Pengelola Lokananta saja nyaris tak mampu menggaji sekitar 14 karyawan.
"Untuk gaji karyawannya saja diperoleh dari penyewaan lapangan futsal, warung, dan hasil penjualan CD (compact disk) dan kaset. Lokananta butuh aksi nyata penyelamatan, bukan wacana-wacana lagi," kata Direktur Utama PT Transmarga Jatim Pasuruan itu. Perusahaan ini kelompok usaha PT Jasa Marga yang menjadi penyelenggara Jalan Tol Gempol-Pasuruan.
Ada peluang Lokananta mendapat bantuan dana dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Berdasarkan informasi dari Kepala Perum PNRI Lokananta Cabang Surakarta Pendi Heryadi, pada 6 Juni lalu Menteri BUMN Dahlan Iskan mengunjungi Lokananta. Dahlan juga meminta Pendi untuk membuat proposal ke kantor Kementerian BUMN.
"Soal tindak lanjutnya gimana, yang tahu ya Pak Pendi sendiri. Semoga Pak Dahlan bisa segera membantu Lokananta. Kabarnya sudah ada perhatian juga dari Komisi VI DPR, tapi saya tak tahu perkembangannya," ujar Hengki.
ABDI PURMONO
Topik Terhangat
Razia Bobotoh Persib | Puncak HUT Jakarta | Penyaluran BLSM
Berita Terpopuler
Persib vs Persija Batal, Bobotoh Blokir Pintu Tol
Basuki: Jakarta Bukan Hanya untuk Orang Kaya
Macet 'Gila' di Perayaan Ulang Tahun Jakarta