Namun, kata Hengki, jumlah peserta meningkat pada 2013 menjadi 47 kelompok. Tidak hanya dari Malang Raya, mereka berasal Yogyakarta, Surabaya, Kediri, Jember, Sidoarjo, dan Blitar. Bahkan, satu kelompok mewakili Timor Leste. Mayoritas peserta merupakan band indie.
“Grup band dari Timor Leste itu terdiri dari para mahasiswa yang kuliah di Malang. Peningkatan jumlah peserta dan asal domisili grup band peserta itu jelas sangat menggembirakan kami,” kata bekas wartawan majalah musik Aktuil itu.
Audisi atau seleksi peserta dilakukan pada 4-5 Juli di Paradiso Garden, Jalan Soekarto-Hatta, Kota Malang. Malam final FBK dihelat pada 6 Juli di Graha Cakrawala Universitas Negeri Malang, dengan bintang tamu grup rock /rif.
Tiap peserta membawakan satu lagu wajib dan satu lagu ciptaan sendiri baik dalam bahasa Indonesia maupun asing. Penyelenggara FBK memperbanyak tema lagu. Tahun ini lagu wajib dan lagu ciptaan peserta harus sesuai salah satu atau lebih dari satu tema yang ditentukan penyelenggara, yakni tema lingkungan hidup, antikorupsi, antinarkoba, serta kebangsaan dan kepahlawanan.
Penyelenggara menyiapkan 17 lagu wajib yang, menurut Hengki, merupakan lagu-lagu legendaris di zamannya: Indonesia (The Rollies), Ballada Kalimas (The Gembell’s), Gaung Mojokerto-Surabaya (Lemon Trees), Selamat Pagi Indonesia (Godbless), Rayap-Rayap (Mogi Darusman), Semangat 45 (AKA97), Perdamaian dalam Lagu (Sylvia Saartje), Memang (Slank), Lagu Perdamaian (Giant Step 85), Jarum Neraka (Nicky Astria), Nusantara (Koes Plus), Jula Juli Anak Negeri (Sirkus Barrock), Surabaya (Dara Puspita), Catur Paramita (Leo Kristi), Menyambut Sinar Pagi (Ogle Eyes), Surat buat Wakil Rakyat (Iwan Fals).
“Setelah festival, kami buatkan album kompilasi dari 10 band finalis,” ujar Hengki.