TEMPO.CO, Jakarta -Membaca hingga mencintai karya sastra ternyata sudah dilakoni Happy Salma sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Kecintaan Happy terhadap sastra bermula ketika guru SDnya mewajibkan murid-murid di kelasnya membaca semua karya sastra Indonesia. Dari sinilah muncul kesukaan serta kecintaannya yang terus berlanjut hingga remaja dan menginjak bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).
"Kecintaan ini terus hidup hingga sekarang," kata Happy saat ditemui di Kebon Jeruk beberapa waktu lalu.
Wanita kelahiran Sukabumi, 4 Januari 1980 ini pun menuturkan, "Saya menyukai sastra sejak SD tanpa disadari hal itu menjadi cikal bakal jalan yang saya jalani sekarang," ujarnya.
Dia menceritakan sejak SD selalu bersuka cita mendapat tugas membaca karya sastra Indonesia. Kemudian saat SMA, ada salah satu guru bahasa Indonesia yang tekun memompa dia untuk semakin mencintai bidang ini.
"Akhirnya tanpa disadari menjadi salah satu pilihan hidup saya. Kayaknya suatu saat saya akan berada di sini." ujarnya semringah.
Istri Tjokorda Bagus Dwi Santana Kerthyasa ini menyukai karya sastra Indonesia cukup beragam. "Saya menyukai hampir seluruh karya sastra yang ada. Saya suka dan mengagumi banyak karya sastra Indonesia terutama karyanya Pramoedya, Dee (Dewi Lestari), Putu Wijaya, juga puisi-puisinya Chairil Anwar," ungkapnya
Dia juga menjelaskan betapa kuatnya pengaruh karya sastra pada dirinya. Dengan jujur dia memaparkan sastra telah membuat dirinya berani mencoba banyak hal dan keluar dari zona nyaman.
"Kalau bukan karya sastra saya tidak seberani itu bermetamorfosis, Mungkin akan tetap di sinetron, presenter, atau di layar kaca. Berkat sastra membuat saya berani keluar dari zona aman," katanya serius.
AISHA