TEMPO.CO, Jakarta -Mengingat bahwa industri perfilman harus terus berjalan, maka sudah seharusnya estafet penyutradaraan dipersiapkan sedini mungkin. Hal tersebut menjadi salah satu alasan Hanung Bramantyo membuat rumah produksi Dapur Film.
Sebagai wujud kreativitas dan produktivitas berkarya, sutradara kelahiran Yogyakarta 1 Oktober 1975 ini berprinsip "Biar bagaimanapun saya harus membuat film," ujar Hanung.
Hal tersebut terbukti dari banyak karyanya yang muncul setiap tahun, termasuk tahun kemarin ada empat buah karyanya yang menghiasi bioskop negeri ini, sebut saja Perahu Kertas, Gending Sriwijaya, Cinta Tapi Beda, dan Habibie Ainun.
Menyadari bahwa dirinya tidak bisa membuat banyak film dalam satu waktu maka belakangan ini peran supervisilah yang diambil oleh Hanung.
"Kalau saya membuat film ya Cuma satu, saya tidak bisa dua. Kalau peran supervisi saya bisa karena perannya lebih ke advice, gagasan, tapi teknis adegan ambil shoot itu bisa oleh sutradara. Untuk adegan tertentu saya masih bisa turun," paparnya di Pad 28, Tulodong Atas, Sabtu 8 Juni 2013.
Mengajak dan mensupervisi sutradara muda untuk bekerja sama dalam membuat sebuah film pun sudah dilakukan Hanung beberapa kali seperti dalam film Habibie Ainun, Hanung menggaet Faozan Rizal, lalu ada Rahabi Mandra yang diajaknya untuk menggarap film 2014.
Hanung sendiri punya harapan yang cukup besar atas upayanya mensupervisi para sutradara muda. Baginya upaya memasukkan anak muda ke Dapur Film agar mereka dapat pembelajaran langsung dalam memproduksi sebuah film. "Kelak kalau mereka bergabung di industri film mereka sudah punya bekal cukup untuk berkarya," tuturnya.
AISHA