TEMPO.CO, Jakarta -Sebagai pengamat media, Nina Mutmainah Armando sering melihat anak-anak remaja alay aneh-aneh, bahkan terkesan berlebihan. Menurut Nina, budaya fan sedang menjamur yaitu mengidolakan selebritas lewat atraksi yang muncul.
"Intinya yang ditampilkan dan ditonton dijadikan model rujukan. Karena mereka harus sorak-sorak, joget, harus heboh apalagi ketika mengenakan baju sponsor," kata Nina, Selasa 28 Mei 2013.
Dosen Komunikasi Fisip UI itu mengakui acara model begitu tidak ada manfaatnya, apalagi untuk dijadikan panutan. "Seingat saya enggak ada edukasinya, cuma becanda-becanda. Penontonnya memang kebanyakan remaja, orang tuanya yang sedikit" ujarnya.
Gaya dari orang yang ditonton tersebut bisa memberikan pengaruh jika remaja yang tidak kritis atau tidak mengetahui kalau yang dilakukan remaja alay itu adalah bayaran. “Penonton enggak tahu kalau mereka melakukan itu dibayar. Potensi dampak bagi remaja yang tidak kritis,” kata Nina.
Sehingga penonton di rumah mengadaptasinya karena merasa lazim. Makin ekstrem remaja alay itu bergaya, dilihatnya semakin bagus dan bikin orang tertawa. “Katanya mau tetap eksis harus narsis dulu," kata Nina.
Bersenang-senang seperti itu, kata Nina, dijadikan contoh model apalagi dijadikan kegiatan yang rutin sehingga masyarakat melihatnya baik-baik saja.
ALIA FATHIYAH
Taufiq Kiemas |Cinta Soeharto Bangkit?| Pemukulan Pramugari Sriwijaya| Penembakan Tito Kei
Taufiq Kiemas dan Kacamata Budiman Sudjatmiko
Jokowi 'Diam' Melayat ke Rumah Duka Taufiq Kiemas
Pemukul Pramugari Tidak Dikenakan UU Penerbangan
Perjalanan Politik Taufiq Kiemas
Mega Tunjuk Sulungnya Beri Sambutan untuk Kiemas
Ini Dia Anak Alay yang Ada di Dahsyat