TEMPO.CO, Jakarta - Produser film Sheila Timothy, yang dikenal lewat karyanya Pintu Terlarang dan Modus Anomali, merasa khawatir dengan pembajakan yang semakin merajalela. Dia merasa terancam tidak bisa berkarya lagi.
"Film Indonesia untuk balik modal susah. Sudah beruntung bisa BEP (break event point)," katanya, Senin, 29 April 2013.
Sebagai seorang produser, tentu Sheila harus menghitung keuntungan yang diperoleh meski jumlahnya pas-pasan. Ia mengatakan, pangsa pasar dalam negeri, meskipun menyumbang pendapatan sebesar 80 persen dari total biaya produksi, akan mengalami penurunan jika pembajakan tak dihentikan. Padahal, menurut dia, biaya pembuatan film minimal mencapat Rp 2 miliar. Sudah termasuk biaya distribusi film di dalam dan luar negeri.
"Kalau enggak mau film Indonesia hasilnya kacangan, ya (pemerintah) support. Karena efek jangka pendeknya, kita enggak bisa balik modal, kita enggak bisa produksi lagi," kata ibu empat anak ini.
Meskipun beberapa film Indonesia diikutkan dalam festival film, Sheila mengatakan, hasil yang didapat tak terlalu signifikan. "Film festival meningkatkan kualitas film. Pendapatan kurang dari 10 persen," ucap istri Luki Wanandi ini.
Lantaran frustrasi menghadapi pembajakan yang merajalela, pada tahun 2012 silam, Sheila dan beberapa produser film mengadu kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk menutup situs-situs pengunduh film bajakan gratis.
Namun aksinya tersebut tak membuahkan hasil. Kini, ia berharap pertemuan beberapa sineas dengan perwakilan dari Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dapat bekerja sama memberantas pembajakan.
NURUL MAHMUDAH
Berita Lain:
Sepanggung Sejiwa ala Endah N Rhesa
Syahrini Jelaskan Filosofi Gaun 30 Kilogram
Titiek Puspa Mendapat Lifetime Achievment