TEMPO.CO, Yogyakarta - Aktor Vino G. Bastian merasa puas dalam peringatan hari film nasional 30 Maret 2013. Ada dua film yang dibintanginya bisa tayang bersamaan di bioskop Indonesia. Film tersebut yakni Madre dan Tampan Tailor.
Dalam film Madre, Vino berperan sebagai seorang surfer Bali yang tiba-tiba mewarisi perusahaan roti. Sedangkan di film Tampan Tailor, suami artis Marsha Timothy itu berperan sebagai seorang penjahit yang memperjuangkan hidup setelah ditinggal istrinya. "Puas, ini mimpi saya, dan saya mendapat kesempatan emas, dua film tayang bersamaan saat peringatan hari film nasional, dapat momentumnya," kata Vino di Yogyakarta, Sabtu, 30 Maret 2013.
Kepuasan Vino bukan semata karena jumlah film yang dibintanginya. Tapi momentum posisinya sebagai aktor yang masih bisa produktif untuk mengisi industri film lokal yang dinilai masih lesu, tergusur dominasi film asing di rumahnya sendiri. "Kita butuh energi besar agar film-film lokal bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Produktivitas pelaku film jadi satu kunci memperkuat dominasi film lokal itu," kata aktor 31 tahun ini.
Ia menambahkan, posisi industri film lokal ikut menjadi penentu bagaimana nasib perkembangan industri kreatif Indonesia ke depan. Khususnya dalam perebutan konsumen pasar internasional.
"Film lokal sekarang sudah mampu menciptakan berbagai jenis genre, tinggal mengolah lokalitas itu bagaimana punya banyak variasi yang bagus diceritakan dan menarik," kata dia.
Menurut dia, kekuatan lokalitas dalam film lokal akan memberi nilai lebih yang membuat film Tanah Air memiliki daya saing di tengah serbuan film-film besutan Hollywod juga Asia lainnya.
"Yang penting masyarakat bisa merasa memiliki film itu, maka akan membuat mereka pun cinta pada film sendiri dan terus mendukungnya," kata dia.
Ia pun bercerita pernah mendapat pengalaman berharga dari fan ketika turut dalam sebuah produksi film independen. Menurut dia, loyalitas dan dukungan akan datang jika publik merasa memiliki dan mencintai film lokalnya sendiri. "Para fan itu, tanpa diminta, buat pernak-pernik sendiri untuk mempromosikan film tersebut. Tak sekadar nonton, tapi juga bikin kaus soal film itu, lalu memakainya. Itu penghargaan luar biasa meskipun hanya film indie," katanya.
Dengan dukungan teknologi dan akses serbamudah saat ini, Vino pun menilai tidak ada alasan lagi bagi para pelaku industri film untuk tidak mengangkat lokalitas yang ada dengan mengemasnya lebih menarik.
"Masyarakat tentu akan lebih menghargai jika ada penghargaan dulu yang diberikan kepada mereka, dengan memproduksi film yang berkualitas dan tidak meninggalkan identitas," katanya.
PRIBADI WICAKSONO
Baca juga
EDISI KHUSUS: Guru Spiritual Seleb
Terpopuler
Akhirnya, Bapak dan Anak Pimpin Partai DemokratÂ
Tudingan Via Facebook Soal Penyerbuan LP Sleman
Berapa Tarif Ki Joko Bodo?Â
Abraham Bungkam Soal Usaha Pendongkelan DirinyaÂ
Menulis Kasus LP Sleman di FB, Siapa Idjon Djanbi?Â
Acara Kongres Demokrat Kacau Balau Â
Topik terhangat: Agus Martowardojo | Serangan Penjara Sleman | Krisis Bawang | Harta Djoko Susilo Nasib Anas