TEMPO.CO , Jakarta - Di luar kontroversi seputar penghargaan ITB BuchAward di Jerman kepada Andrea Hirata untuk karya novelnya "Laskar Pelangi", ada yang patut dicatat dari penerbitan karya penulis Indonesia ini di Eropa.
Menurut pengajar di lembaga kajian Asia pada Universitas Bonn, Jerman, Berthold Damshauser, novel terjemahan "Laskar Pelangi" di Jerman memang diterbitkan oleh penerbit besar dan ternama, yakni penerbit Hanser. "Ini perlu dicatat," katanya, saat dihubungi melalui surat elektronik Kamis 14 Februari 2013. "Biasanya karya sastra Indonesia hanya diterbitkan penerbit kecil tak bernama. Di situ ada efek, saya kira."
Menurut Berthold, sedikit tragis memang, bahwa bukan karya novelis yang lebih dulu dikenal seperti Pramudya Ananta Toer, Mochtar Lubis, atau Ayu Utami, yang diterbitkan penerbit ternama di Jerman itu.
Sebelumnya, pengamat dunia perbukuan, Damar Juniarto, menyayangkan klaim Andrea Hirata bahwa selama ini tidak ada sastrawan Indonesia yang mendunia. Menurutnya, klaim sepihak Andrea itu sebatas strategi pemasaran.
Kenyataannya, kata Damar, sastrawan Indonesia selama ini sudah banyak yang mendunia. Dia mencontohkan sastrawan-sastrawan besar sekelas Pramudya, YB Mangunwijaya, hingga NH Dini, yang banyak diakui di dunia internasional. "Kita sebagai masyarakat sedang disodorkan klaim yang berlebihan dari Andrea," katanya, Kamis 14 Februari 2013.
Selain soal klaim sebagai satu-satunya sastrawan Indonesia yang mendunia, Andrea juga mengklaim Laskar Pelangi sebagai satu-satunya novel Indonesia yang meraih status international best seller.
Tapi soal ini, Damar punya versi lain. Dia mengaku mengecek kebenaran klaim ini melalui pengarang lain, Maggie Tiojakin, yang akrab menggeluti karya-karya sastra internasional.
Maggie, menurut Damar, menjelaskan bahwa sebuah buku bisa disebut international best sellers jika sudah dicetak ulang di beberapa negara. "Nyatanya, Laskar Pelangi hanya dicetak ulang di Vietnam dan Korea Selatan," kata Amang, panggilan akrab Damar.
Ditanya soal ini, Andrea Hirata meluruskan pernyataannya. Menurutnya, dia hanya menegaskan bahwa dalam hampir 100 tahun sejarah sastra Indonesia, 'Laskar Pelangi' adalah buku pertama Indonesia yang mencapai status international best seller.
"Jadi saya tidak mengatakan bahwa tidak ada satrawan atau buku Indonesia yang mendunia selain ini," katanya saat ditemui di Daily Bread Coffe Shop, Epicentrum, Kamis 14 Februari 2013. Dia juga mengkritik balik Damar Juniarto yang dinilainya tidak punya kompetensi sebagai kritikus sastra.
WAHYU DHYATMIKA| AMIRULLAH
Berita Terpopuler Lainnya:
Demokrat Daerah Mulai Tinggalkan Anas
Ini Dialog Terakhir Annisa Azwar dan Sopir Angkot
SBY Komentari Pembocor 'Sprindik' Anas
Cabut Paraf, Pandu Terancam Sidang Etik
Kata Farhat Abbas Soal Anas Urbaningrum