TEMPO.CO, Jakarta - Bagi sebagian orang, kematian bak momok yang menakutkan. Kesan itulah yang ingin diubah Bentara Budaya lewat pameran seni visual bertajuk Grateful Dead. Dalam pameran yang digelar 8-16 Februari 2013, sebanyak 17 perupa menyuguhkan karya bertema kematian.
Ajang ini, kata kurator Bentara Budaya Ipong Purnama Sidhi, ingin membuat kematian tak lagi jadi momen menyedihkan. "Kematian bisa menjadi proses yang layak disyukuri karena demikianlah yang terjadi pada makhluk hidup," ujarnya dalam pembukaan pameran di Bentara Budaya, Kamis petang, 7 Februari 2013.
Ipong menuturkan, proyek Grateful Dead diawali kegiatan melukis bersama di area pemakaman San Diego Hills, Karawang, Jawa Barat, pada 23 Januari 2013. Di komplek seluas 500 hektar milik pendiri Grup Lippo Mochtar Riady, ke-17 perupa dibekali kanvas 145 x 120 sentimeter dan aneka warna cat akrilik sebagai media lukis.
Ketujuh belas perupa yang mengikuti pameran ini adalah Ade Artir Tjakra, Aliansyah, Angga Aditya Atmadilaga, Aradea Nugraha, Aurora Benita, Citra Kemala Putri, Didi SW, Esti Lestarini, Firman Lie, Herman Widianto, Irawan Karseno, Munadianno Husni, Najib Amrullah, Neneng Ferrier, Putu Fajar Arcana, Widiyanto, dan Zusfa Roihan.
Proses melukis mereka pada hari itu sempat diganggu hujan. "Meskipun disambut hujan deras dan petir, tapi melukis di ruang terbuka adalah tamasya kreativitas yang menakjubkan. Hasilnya pun impresif karena dilakukan penuh spontanitas," kata Ipong. Apalagi, kata dia, banyak hal menarik yang bisa dikulik perupa dari pemakaman San Diego Hills.
Direktur San Diego Hills, Suziany Japardy, menjelaskan komplek San Diego Hills dibangun setelah Mochtar Riady sedih melihat kondisi makam orang tuanya di Malang. Mochtar mengeluhkan buruknya kondisi jalan menuju pemakaman orang tuanya itu dan komplek kuburan yang tampak seram.
Kata Mochtar saat itu, pemakaman sebagai tempat mengenang orang yang kita cintai, idealnya dibuat indah dan nyaman. Pria 84 tahun itu pun akhirnya merancang pembangunan San Diego Hills Memorial Parks and Funeral Homes, terinspirasi sejumlah pemakaman indah di Amerika Serikat. "Beliau ingin makam menjadi tempat reuni keluarga," ujar Suziany.
Mochtar bekerja sama dengan Bentara Budaya karena menganggap San Diego Hills sebagai aset budaya. Ia menilai San Diego Hills tak sekadar mempertukarkan barang dan jasa, tetapi juga mengubah persepsi kematian menjadi sesuatu yang agung dan mulia. Menurut Suziany, kerja sama pihaknya dengan Bentara Budaya tak akan berhenti pada pameran ini.
ISMA SAVITRI
Berita Terpopuler Lainnya:
Daging Impor, Luthfi-Suswono Bertemu Bos Indoguna
KPK: Ahmad Fathanah Operator Penerima Suap
Hakim Daming Tak Bisa Bedakan Sisir dan Sikat Gigi
Capres 2014, Jokowi Diibaratkan Sebagai Anak Macan
Indonesia Disebut Terlibat Program Rahasia CIA
Rhoma Irama Mirip Ronald Reagan, Kata Didik