TEMPO.CO, Jakarta - Ribet. Itu yang dirasakan Reza Nangin saat menjalani syuting Cinta tapi Beda, tahun lalu. Ia selalu jadi aktor yang paling lama dipermak oleh make-up artist. Hal itu bukan karena wajah Reza butuh banyak polesan, melainkan karena si perias mesti kerja keras menyembunyikan empat tato di kedua tangannya. Walhasil, selama syuting film garapan Hanung Bramantyo dan Hestu Saputra itu, tangan Reza mesti direlakan untuk berkali-kali dikasih tiga lapis make-up, yaitu foundation (alas bedak), bedak supra, dan bedak tabur.
Meski repot, aktor berusia 29 tahun ini mengaku menikmati proses syuting film perdananya. Ia paham, perannya sebagai Cahyo memang kurang klop dengan keempat tatonya. "Enggak lucu juga, kan, kalau si Cahyo yang muslim taat, tangannya tatoan?" ujarnya saat ditemui di Bintaro, Jakarta, Kamis lalu. Bahkan film yang berkisah tentang kawin campur tersebut sudah langsung mengundang kontroversi.
Tapi, pengalaman tersebut tak membuat Reza berpikir menyingkirkan “aksesori” di tubuhnya. Tato, bagi dia, adalah representasi kecintaan terhadap seni. Ia mengaku ketagihan seni rajah tubuh ini setelah tubuhnya mendapatkan goresan jarum tato pada 2008 di Pian Tatto Studio. Tato pertamanya yang dilukis di lengan kiri bergambar notasi G. "Itu adalah simbol bahwa kehidupan saya enggak bisa lepas dari musik. Apa pun kerjaan saya, saya bakal tetap nge-band," kata dia.
Reza memang telah nge-band sejak masih berseragam putih abu-abu bersama kawan-kawan satu gengnya. Di grup band pertamanya yang beraliran hip metal, Reza didapuk sebagai vokalis. Meski bersuara pas-pasan, Reza tak peduli. "Saya, sih, enggak peduli orang lain suka suara saya atau enggak. Yang penting saya nyanyi aja," katanya sembari tertawa.
Bosan dengan aliran hip metal, Reza mulai beralih ke Japanese rock saat kuliah. Menyesuaikan dengan genre musik yang dibawakan, Reza pun mengubah dandanan. Ia ingat bagaimana dirinya kerap mengenakan overcoat, stocking, boot, dan kalung. Penampilannya yang super-aneh saat itu membuat Reza kerap dikira perempuan. Sekali lagi, ia cuek.
Tak lama Reza tergila-gila pada Japanese rock. Pada 2008, ia membentuk band bernama Lumiere, yang beraliran pop rock. Bersama grup band barunya, ia sempat masuk dapur rekaman dan ikut festival musik Soundrenaline pada 2009. Sayang, setelah Soundrenaline kelar, Lumiere ikut menghilang.
Reza tak ikut menghilang. Ia yakin Tuhan punya rencana sendiri untuknya. Keyakinan itulah yang kemudian menginspirasinya kembali membubuhkan tato. Sekitar dua tahun lalu, tato keduanya, yang bergambar Lion of Judah, dilukiskan di tangan kanannya. Tato tersebut merupakan wujud kasihnya kepada Tuhan Yesus.
Tangan kanan kembali jadi pilihan Reza saat menggoreskan tato ketiga, setahun kemudian. Persis di sebelah Lion of Judah, Reza membuat tato yang dia namai Angel. Tato tersebut dibikin menjelang pernikahannya dengan Cita Pattinasarany yang dia pacari sejak 2006. "Tato Angel saya bikin buat Cita, nyokap, dan adik perempuan saya," ujarnya. "Mereka adalah perempuan-perempuan hebat dalam hidup saya."
Tahun lalu, tato keempat menyusul. Kali ini, Reza meminta sang seniman tato melukis Yesus dan Petrus di lengan kanannya. Bagi Reza, kisah Petrus yang ditolong Yesus saat tenggelam sarat akan filosofi. Kisah Yesus-Petrus adalah simbol bagaimana Tuhan selalu menolong manusia, bahkan saat dalam kondisi terburuk sekali pun.
"Petrus tenggelam karena dia tak yakin saat berjalan di atas air,” kata penggemar vokalis grup band GIGI, Armand Maulana, tersebut. Menurut dia, hal tersebut sangat manusiawi. Sebab, memang selama ini, manusia, termasuk Reza, sering ragu-ragu menjalani sesuatu. Namun akhirnya Yesus mengulurkan tangan menolong Petrus. “Buat saya itu adalah bukti Tuhan enggak pernah tega melihat umat-Nya menderita."
ISMA SAVITRI