TEMPO.CO, Jakarta -- Psikolog anak Seto Mulyadi mengaku ingin membuat sebuah novel setelah menonton film tentang kisah cinta presiden ke-3 Indonesia, Habibie & Ainun. Namun ia mengaku memiliki cerita yang sangat berbeda dengan novel karangan B.J. Habibie itu.
"Kalau Habibie & Ainun kan kisah cintanya benar-benar fakta, kalau saya kisah cintanya imajinasi. Tapi kebanyakan cerita ini tentang hidup saya," kata Kak Seto, panggilan akrab Seto, pada Senin, 21 Januari 2013, di Pendopo Kemang, Jakarta.
Menurut Kak Seto, novel pertamanya ini bercerita tentang kehidupannya sejak frustrasi tidak masuk fakultas kedokteran. Saat itu, ia hijrah ke Jakarta dan sempat menjalani kehidupan yang sangat kekurangan dan memulai dari bawah. Hingga ia menjadi seorang aktivis untuk perlindungan anak.
Pada buku berjudul Kakak Batik itu, ia bercerita tentang kecintaannya terhadap anak-anak. Ia juga menceritakan beberapa pengalamannya tentang kasus-kasus anak yang pernah ia perjuangkan. "Di tengah berbagai cerita anak anak, ada romantismenya," kata pria berbaju batik ini.
Berbeda dengan pengalaman hidup yang sesuai dengan pengalaman Kak Seto, kisah percintaan dalam novel itu berbeda dengan kisah percintaan dia dengan sang istri. "Kisah cintanya direkayasa agar lebih menarik. Intinya, ini pesan kepada generasi muda agar mau terjun dan menangani masalah anak dan mau terjun ke masalah anak," kata Kak Seto.
Menurut penyuka batik ini, proyek novel ini bukan merupakan proyek utamanya. Ia menuliskan novel ini hanya sebagai selingan di tengah-tengah kesibukannya sebagai pembela hak asasi anak. "Biasanya saya buat artikel psikologi populer. Tapi, ya, sekarang coba untuk novel. Hanya untuk selingan di tengah kesibukan," katanya. Novel yang akan diterbitkan oleh Mizan ini rencananya terbit pada akhir bulan ini.
MITRA TARIGAN